Ini Upaya Istana Inggris Jika Suami Ratu Elizabeth II Wafat?

Spekulasi langkah protokoler untuk suami Ratu Elizabeth, Pangeran Philip tak banyak terungkap ke publik. Berikut beberapa di antaranya.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 06 Mei 2017, 12:01 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2017, 12:01 WIB
Pangeran Philip dan Ratu Elizabeth II
Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip di balkon Istana Buckingham Palace, 16 Juni 2012. (Sumber Wikimedia/Carfax2)

Liputan6.com, London - Dunia sempat bertanya-tanya pada Kamis 4 Mei lalu, ketika para pegawai kerajaan di seluruh Inggris dipanggil ke London untuk rapat penting.

Kabar tersebut kemudian memicu spekulasi ada sesuatu tak beres dengan Ratu Inggris yang kini berusia 91 tahun, atau suaminya Pangeran Philip yang kini 95 tahun.

Pihak Istana Buckingham pun harus menenangkan publik bahwa keduanya masih baik-baik saja. Tapi beberapa jam kemudian, muncul pengumuman bahwa Duke of Edinburgh akan mundur dari tugas-tugas publik.

Dikutip dari News.com.au pada Sabtu (6/5/2017), paparan dalam The Guardian menjelaskan bahwa terdapat rencana rahasia ketika Ratu Elizabeth II wafat. Rencana itu dijuluki "London Bridge is Down."

Tapi, spekulasi langkah protokoler untuk suami Ratu Elizabeth, Pangeran Philip tak banyak terungkap ke publik. Berikut ini sekilas ulasan mengenai spekulasi tersebut:

Pemakaman Sederhana?

Ratu Elizabeth dan Pangeran Philip merayakan HUT pernikahan ke-25 pada 1972. (Sumber AFP)

Saat Pangeran Philip meninggal, berita itu haruslah dibenarkan pertama kali oleh BBC.

Jika ia meninggal pada malam hari, maka pengumumannya mungkin akan dilakukan pada pukul 08.00 waktu setempat.

Ratu Inggris memang berhak mendapat pemakaman kenegaraan lengkap, tapi suaminya bersikeras tidak mau merepotkan. Kabarnya, jasad almarhum akan dibawa dulu ke St. James Palace, bukannya ke Westminster Hall di Houses of Parliament.

St. James Palace merupakan tempat pembaringan terakhir Putri Diana.

Rakyat tidak diperbolehkan melayat dan pemakamannya, karena akan dilangsungkan sederhana. Keluarga Pangeran Philip, teman-teman dan beberapa kepala negara Persemakmuran akan menghadiri kebaktian di St. George Chapel di Windsor Castle.

Barulah setelah itu ia akan dimakamkan di Frogmore Gardens, di halaman kastil.

Kemudian Ratu Inggris dan para karyawan Istana akan berkabung selama 8 hari, demikian menurut laporan Daily Beast.

Dalam masa perkabungan, sekiranya Ratu masih hidup, ia akan berhenti bekerja. Ia tidak akan memberikan Royal Assent tentang peraturan-peraturan baru dan urusan kenegaraan akan ditunda.

Bendera-bendera di lembaga-lembaga utama dan fasilitas militer akan dikibarkan setengah tiang, tapi bendera Royal Standard di Istana tempat kediaman Ratu tidak akan dikibarkan setengah tiang, karena selalu ada yang bertakhta di singgasana.

Masa resmi Perkabungan Kerajaan (Royal Mourning) akan berakhir 30 hari kemudian, dan baru lah setelah itu Ratu akan melanjutkan tugasnya. Hal itu berbeda dengan Ratu Victoria yang mengunci dirinya dalam Balmoral dan jarang kelihatan lagi setelah meninggalnya Pangeran Albert.

London Bridge is Down

Tampilan perdana Ratu Elizabeth pada tahun 2017 adalah saat menghadiri Misa Minggu di gereja St Mary Magdalena di Sandringham (Associated Press)

Berbeda dengan Pangeran Philip, ketika Ratu Elizabeth mangkat maka Sir Christopher Geidt selaku sekretaris pribadinya yang akan menjadi pejabat pertama yang mengabarkan kabar duka tersebut.

Geift akan menghubungi Perdana Menteri dan menggunakan sandi rahasia "London Bridge is Down."

Tradisi itu bermula dari para petinggi istana sebelumnya, yang menggunakan sandi agar memastikan para operator layanan telepon bukan yang pertama kali mengetahui hal tersebut.

Ketika Raja George VI meninggal pada 1952, kata sandi yang dipakai adalah "Hyde Park Corner."

Ketika tercetus "London Bridge is Down", maka dimulailah Operation London Bridge, yaitu rencana pengumuman kepada dunia bahwa Ratu Elizabeth II telah mangkat.

Rencana itu mencakup operasi rumit dan terinci.

Setelah Perdana Menteri dikabari, Global Response Centre dalam Foreign Office (Kementerian Luar Negeri) akan mengabari 15 pemerintah di mana Ratu masih menjadi kepala negara, termasuk Australia, Kanada, Kepulauan Bahama, dan Belize. Lalu kabar berikutnya disebarkan kepada 36 negara, di mana ia masih menjadi tokoh pimpinan.

Kemudian, Press Association akan mengirimkan berita secara bersamaan kepada media dunia. Hal itu berbeda dari masa lalu ketika BBC selalu menjadi yang pertama mengetahui tentang kematian dalam keluarga kerajaan.

Kini media sosial dan teknologi modern telah mengubah sistem itu.

Stasiun-stasiun radio Inggris akan menyalakan lampu siaran berwarna biru. DJ pun memperdengarkan lagu-lagu sendu sebelum kemudian mengabarkan berita.

Seorang petugas dalam pakaian dengan nuansa berkabung akan memasang pemberitahuan di gerbang Istana Buckingham, sementara situs web istana diperbaharui dengan pernyataan berlatar belakang warna gelap.

Setelah itu Pangeran Charles akan menjadi Raja Charles, sehingga Pangeran William menjadi Prince of Wales dan Catherine Elizabeth Middleton atau Kate Middleton -- yang sekarang menjadi Duchess of Cambridge akan menjadi Princess of Wales (gelar Putri Diana dulu).

Inggris Raya kemudian akan memasuki masa duka resmi selama 12 hari, dan pemakaman Ratu dilakukan di akhir minggu ke dua.

Saksikan juga video berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya