Psikolog: IQ Hanya Mitos, Ini yang Menentukan Kesuksesan Anda

Seorang psikolog mengatakan bahwa IQ bukan penentu kesuksesan masa depan seseorang. Jadi, apa yang menentukan?

oleh Citra Dewi diperbarui 26 Mei 2017, 19:20 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2017, 19:20 WIB
Ilustrasi otak dan pikiran manusia
Ilustrasi (iStock)

 

Liputan6.com, Harrisburg - Apakah Anda pernah menemukan teman sekolah yang terkenal pandai, namun biasa-biasa saja dalam karier? Atau, para juara kelas kalah sukses dari mereka yang bahkan tak masuk 10 besar?

Hal itu membuktikan, kecerdasan intelektual atau IQ bukan yang terpenting untuk memprediksi kesuksesan seseorang di masa depan. 

Menurut psikolog Angela Duckworth, rahasia kesuksesan adalah kegigihan atau apa yang ia sebut dengan 'grit' atau sikap sabar dan pantang menyerah.

Duckworth telah menghabiskan beberapa tahun untuk mempelajari orang, untuk membuktikan kebenaran ungkapan bahwa 'kerja keras mengalahkan bakat'.

Sebaliknya, ketika mereka yang punya bakat tak bekerja keras, hasilnya tak maksimal.

Berbicara kepada Forbes, Duckworth menjelaskan bahwa bukan lah kecakapan akademis atau IQ yang menjadi indikator kesuksesan masa depan seseorang.

"Adalah kombinasi passion dan kegigihan yang membuat orang berprestasi menjadi spesial. Dalam satu kata, mereka memiliki grit," ujar Duckworth seperti dikutip dari Independent, Jumat (26/5/2017).

Sama seperti tangguh dan bekerja keras, passion atau gairah diperlukan agar seseorang dapat tahan saat menghadapi kesulitan.

Duckworth juga menemukan bahwa perjalanan menuju sukses sama pentingnya dengan hasil akhir.

"Meski hal-hal yang harus dilakukan seseorang itu membosankan, mengecewakan, atau bahkan menyakitkan, mereka yang bakal sukses tidak pernah menyerah," kata Duckworth.

"Bakat adalah seberapa cepat keterampilan Anda meningkat saat Anda menginvestasikan usaha. Prestasi adalah apa yang terjadi saat Anda menggunakan keterampilan yang Anda gunakan," jelas Duckworth

Di samping itu, Duckworth menyebut bahwa orang-orang sukses memiliki passion yang terus menggelora. Ia juga meyakini bahwa usaha dua kali lebih penting di banding bakat atau keterampilan.

"Saya berpikir bahwa kebanyakan orang menggunakan kata jenius terhadap seseorang yang memiliki karunia intelektual yang jauh lebih besar dibanding apa yang dimiliki kebanyakan orang di area tertentu, dalam hal musik atau matemtika, dalam berlari atau menari," kata Duckworth.

"Dan dengan kemampuan alami itu, mereka akan jauh melampaui kita semua, hampir dengan takdir. Saya pikir itu lah yang kebanyakan orang gunakan dalam kata jenius," ujar dia.

Duckworth menambahkan, orang-orang memiliki sejumlah daftar 'lucu' tentang jenius yang mereka pikirkan, seperti Einstein atau Mozart. Namun, ia ingin mendefinisikan jenius dengan cara lain.

"Saya ingin mendefinisikan jenius bukan sebagai anugerah yang tak butuh usaha, namun, faktanya, kebesaran itu didapat dari cara Anda mendapatkannya," ujar Duckworth.

"Jadi, saya ingin mendefinisikan jenius sebagai sesuatu yang Anda capai sendiri, dibandingkan dengan sesuatu yang diberikan," kata dia.

Lalu, bagaimana seseorang dapat memperoleh grit?

Duckworth mengatakan, orang-orang gritty memiliki empat sifat yang melimpah, yakni minat, giat berlatih, memiliki tujuan, dan harapan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya