Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte beradu komentar dengan Chelsea Clinton. Putri pasangan Bill dan Hillary ini mengkritik Duterte karena pernyataannya mengenai pemerkosaan.
Chelsea dalam Twitternya menyebut, Duterte sebagai preman dan pembunuh. Ia juga mengatakan, pria tersebut tidak peduli dengan HAM.
Salah satunya buktinya, menurut Chelsea, adalah candaan Duterte yang mengizinkan tentara Filipina melakukan pemerkosaan.
Advertisement
Tudingan Chelsea dibalas Duterte. Ia menyebut omongan soal perkosaan bukan candaan, tetapi perkataan sarkasme.
"Saya tidak bercanda, itu adalah bentuk kalimat sarkasme," sebut Duterte seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (2/6/2017).
Tidak sampai di situ saja. Duterte juga mengungkit masa lalu ayah Chelsea, Bill Clinton. Eks Presiden AS itu saat memerintah tersandung kasus perselingkuhan dengan wanita bernama Monica Lewinsky.
"Saya ingin memberi tahu kepada perempuan itu, ketika ayahnya jadi presiden ia bersetubuh dengan Lewinsky, perempuan yang ada di dalam Gedung Putih," ucap Duterte.
Baca Juga
"Coba katakan pada saya, bagaimana perasaan kamu, apakah kamu memarahi ayahmu?" papar dia.
Candaan mengenai pemerkosaan dilontarkan Duterte bertepatan dengan pemberlakuan darurat militer di Mindanao.
Menurutnya, pasti akan ada tuduhan yang dialamatkan kepada militer Filipina terkait operasi militer, termasuk soal pemerkosaan.
Duterte pun mengeluarkan candaan, jika ada pasukan yang memerkosa tiga perempuan maka ia secara pribadi akan bertanggung jawab atas hal itu.
"Untuk konsekuensi darurat militer tersebut, aku sendiri yang akan bertanggung jawab, lakukan saja pekerjaan, sisanya aku yang kerjakan," ucap Duterte, seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu 27 Mei 2017.Â
"Aku akan memenjarakan kalian (jika terjadi pelanggaran), tapi jika kalian 'memerkosa' tiga orang, aku yang akan bertanggung jawab," kata dia.
Setelah melontarkan kalimat tersebut, Duterte langsung menyatakan, kalau hal itu hanya sebuah candaan. Ditegaskannya, tidak boleh ada kesalahan sekecil apa pun dalam operasi militer di Mindanao.
Bukan pertama kali Duterte bercanda soal pemerkosaan. Saat kampanye presiden lalu, leluconnya soal masalah tersebut membuat marah publik Filipina.
Saat itu, Duterte menyebut peristiwa 1989 ketika seorang misionaris Australia terbunuh dalam kerusuhan di sebuah penjara, para narapidana "boleh saja" memperkosanya.
Duterte mengatakan, hal ini karena korban berparas cantik. Dia pun mengaku, sebenarnya ingin ikut dalam kerusuhan dan berada di garis depan.
Sesaat setelah mengetahui publik Filipina marah, Duterte meminta maaf. Ia mengatakan, pernyataannya itu tidak bermaksud melecehkan wanita atau korban pemerkosaan.