Korsel Tunda Pemasangan Sistem Anti-Rudal Kontroversial THAAD

Pemerintah Korea Selatan menunda pemasangan sejumlah unit anti-rudal kontroversial Amerika Serikat, THAAD.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 08 Jun 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2017, 10:00 WIB
Pemasangan THAAD di Korsel terjadi di tengah aksi protes warga
Pemasangan THAAD di Korsel terjadi di tengah aksi protes warga (AP/Ahn Young-joon)

Liputan6.com, Seoul - Pemerintah Korea Selatan menunda pemasangan sejumlah sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) yang diproduksi Amerika Serikat. Kabar itu dilaporkan oleh Yonhap, media Negeri Ginseng.

Menurut laporan Yonhap, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in memberikan perintah untuk menunda pemasangan sejumlah unit THAAD, demikian seperti yang diwartakan oleh Time, Rabu (7/6/2017).

Time melaporkan, saat ini baru dua dari total enam unit THAAD yang baru dipasang di Korea Selatan.

Alasan penundaan pemasangan empat unit sisanya, seperti yang dilansir oleh Yonhap, disebabkan karena Presiden Moon Jae-in masih menunggu laporan analisis dampak lingkungan (Amdal) di lokasi pemasangan THAAD. Laporan Amdal itu akan memakan waktu selama tahun.

Tindakan Presiden Moon untuk menunda pemasangan sejumlah unit THAAD dilakukan sebagai salah satu langkah untuk menepati janji kampanyenya saat Pilpres Korea Selatan 2017 lalu.

Pada masa kampanye, Moon Jae-in yang berhaluan liberal menginginkan kebijakan rekonsiliasi dengan Korea Utara. Ia juga menolak pemasangan THAAD karena dianggap mampu menambah keruh relasi Korea Utara dengan Selatan serta menyulitkan proses rekonsiliasi maupun reunifikasi.

Tak hanya itu, sejumlah warga Korea Selatan sempat menolak hingga memprotes pemasangan sistem pertahanan rudal AS tersebut. Mayoritas warga setempat percaya bahwa sistem ini merupakan target potensial serangan Pyongyang dan dapat membahayakan kehidupan mereka yang tinggal di dekatnya.

China turut memprotes pemasangan THAAD di Korea Selatan. Beijing meyakini jangkauan radar sistem tersebut dapat mengganggu keamanan operasi militer mereka.

Menunda atau bahkan menyangsikan secara penuh keberadaan THAAD dinilai akan memicu perselisihan antara Presiden Moon dengan Kementerian Pertahanan Korea Selatan. Menurut kabar, Kemhan Korea Selatan tertarik untuk memasang dan menambah kuantitas THAAD di seantero Negeri Ginseng.

Yonhap menjelaskan, sang presiden menilai bahwa Kemhan Korea Selatan mengabaikan laporan Amdal agar proses pemasangan seluruh unit THAAD komplet dalam waktu singkat.

Dua dari enam unit THAAD telah dipasang di sejumlah titik di Korea Selatan sejak 2 Mei 2017 lalu. Pemasangan sistem pertahanan rudal itu ditujukan sebagai langkah preventif atas ancaman misil Korea Utara.

Seorang juru bicara pasukan AS yang berbasis di Korsel mengatakan, THAAD sekarang "telah beroperasi dan memiliki kemampuan untuk mencegat rudal Korut dan melindungi Republik Korea."

Namun seorang pejabat pertahanan AS mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa sistem pertahanan tersebut saat ini hanya memiliki "kemampuan mencegat tahap awal" dan akan ditingkatkan pada akhir tahun 2017.

THAAD mampu menembak rudal balistik jarak pendek dan menengah dalam tahap akhir perjalanan mereka. Sistem pertahanan tersebut menggunakan teknologi "hit to kill" di mana energi kinetik akan menghancurkan hulu ledak yang masuk.

Sistem peluru kendali (rudal) antibalistik milik Angkatan Darat AS tersebut dapat menjangkau jarak 200 kilometer dan ketinggian 150 kilometer.

Sebelumnya, AS telah lebih dulu menempatkan THAAD di Guam dan Hawaii sebagai antisipasi menghadapi potensi serangan Korut.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya