Perang Brutal Lawan Narkoba Bikin Filipina Kecolongan ISIS?

Presiden Duterte mendapat kritik tajam karena fokus ke upaya pembasmian narkoba hingga tak memantau ISIS.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 12 Jun 2017, 19:00 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2017, 19:00 WIB
Presiden Duterte 'Tak Sadar' Ada Tentara AS di Operasi Marawi
Presiden Duterte 'Tak Sadar' Ada Tentara AS di Operasi Marawi (NOEL CELIS / AFP)

Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengambil langkah kontroversial dengan meluncurkan operasi pembasmian narkoba tanpa pandang bulu. Namun, karena operasi tersebut, Digong -- nama akrabnya --dianggap melupakan satu hal penting.

Ia mengacuhkan kebangkitan dari kelompok teror radikal ISIS di negaranya. Duterte baru menyadari hal tersebut usai pertempuran hebat pecah di Marawi.

Analis yang juga ahli isu keamanan Asia Tenggara dari National War Collage di Washington, Zachary M. Abuza mengatakan, pemerintah Duterte jelas terlihat tidak memperhatikan, bahkan cenderung membiarkan, gejala kebangkitan ISIS sedari awal.

"Duterte disibukan dengan kampanye yang mengesampingkan aturan hukum dan menggunakan polisi dan penegak hukum lainnya untuk melakukan pembunuhan tanpa payung hukum bagi pihak terkait narkotika," papar Abuza seperti dikutip dari Asian Correspondent, Selasa (12/6/2017).

Abuza mencontohkan, orang-orang Moro yang tinggal di Mindanao sejak lama menunjukkan ketidakpuasannya terhadap Manila. Pasalnya, pemerintah enggan mengatasi permasalahan kesejahteraan, kemiskinan, dan pelanggaran hukum yang terus meluas .

Menurutnya, kesalahan itu begitu fatal. Pasalnya, kelompok radikal ISIS dan lainnya melihat faktor tersebut sebagai lubang besar yang bisa dengan gampang mereka susupi.

Titik balik penyebaran ajaran ISIS di Selatan Filipina, dijelaskan Abuza, ada pada goyahnya perundingan damai yang sudah dilakukan intensif di masa pemerintahan pendahulu Duterte, Presiden Benigno Aquino III.

"Ini bukan saja dikarenakan penyebaran ISIS telah masuk ke sel-sel mereka di Filipina, tapi juga tumbuh dan menyebar karena hancurnya proses damai," tambah Abuza.

Dia mengatakan, jika saja konflik bersenjata di Marawi selesai dalam waktu singkat, tidak menjamin masalah usai.

Diprediksi ISIS bakal terus bergerak. Salah satu tindakan yang dilakukan dan harus menjadi kekhawatiran Pemerintah Filipina adalah upaya perekrutan anggota baru kelompok teror.

"Bila Duterte tidak membereskan ini, masalah malah lebih cepat dan lebih luas dan berlangsung dalam waktu sangat panjang," tutur dia.

"Jadi bukan alasan masalah di Mindanao hanya dianggap sebagai problem regional bukan masalah nasional," tegasnya.

Kampanye anti-narkoba Duterte telah menelan ribuan korban jiwa dan puluhan ribu lainnya mendekam di penjara.

Mendapat tentangan dari dunia internasional karena dituduh berlawanan dengan kemanusiaan, Duterte cuek. Ia memutuskan melanjutkan kebijakan tersebut.

Duterte dan Militer Filipina dianggap kecolongan saat penangkapan pemimpin kelompok Maute pro-ISIS, Isnilon Hapilon di Marawi berubah mencekam dan menjadi pertempuran besar.

Berlangsung sejak 23 Mei lalu, sampai saat ini, korban tewas baik itu militer, milisi radikal atau warga sipil mendekati 200 jiwa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya