Presiden Duterte 'Tak Sadar' Ada Tentara AS di Operasi Marawi

Militer Filipina mengakui pasukan khusus Amerika Serikat membantu pihaknya merebut kembali Kota Marawi dari cengkeraman kelompok ekstremis.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 12 Jun 2017, 09:09 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2017, 09:09 WIB
Presiden Duterte 'Tak Sadar' Ada Tentara AS di Operasi Marawi
Presiden Duterte 'Tak Sadar' Ada Tentara AS di Operasi Marawi (NOEL CELIS / AFP)

Liputan6.com, Manila - Presiden Rodrigo Duterte mengatakan bahwa dia "tidak sadar" pasukan khusus AS telah bergabung dalam pertempuran untuk mengalahkan gerilyawan ISIS yang mengepung Marawi di Filipina selatan.

Duterte mengatakan bahwa dia "tidak pernah mendekati Amerika" untuk meminta bantuan dan "tidak menyadarinya sampai mereka tiba". Hal itu ia ungkapkan ketika ditanya tentang dukungan AS untuk memerangi militan pro-ISIS di Kota Marawi di Pulau Mindanao.

Kerja sama antara sekutu lama dalam pertempuran itu dianggap penting karena Duterte, yang berkuasa setahun yang lalu, telah mengambil sikap bermusuhan terhadap Washington dan telah berjanji untuk mengeluarkan pelatih militer AS dan penasihat dari negaranya.

Tidak jelas apakah militer Filipina pro-Amerika tak minta izin Duterte untuk mencari pertolongan AS. Demikian seperti dikutip dari Independent pada Senin (12/6/2017).

Militer Filipina mengatakan bahwa pasukan AS memberikan bantuan teknis, tapi tidak memiliki "hak untuk memberi komando", mengkonfirmasi sebuah pernyataan dari Kedutaan AS di Manila, yang mengatakan bahwa dukungan tersebut telah diminta oleh pemerintah Filipina.

Duterte, yang mengumumkan darurat militer di Mindanao--sebuah pulau seukuran Korea Selatan--setelah militan Maute yang berafiliasi dengan ISIS menguasai Marawi. Dengan adanya darurat militer, Duterte mengatakan bahwa dirinya memiliki wewenang atas Departemen Pertahanan.

Kolonel Ernest Lee didampingi Mayjen Emmanuel Salamat memeriksa senjata militer baru pemberian AS di kota Taguig, sebelah timur Manila, Filipina (5/6). Senjata itu akan digunakan untuk operasi militer melawan militan di Marawi. (AP Photo / Bullit Marquez)

Duterte tidak mengatakan angkatan bersenjata telah melampaui kekuasaannya, tapi mencatat bahwa karena bertahun-tahun berlatih dari Amerika Serikat. "Tentara kita pro-Amerika, yang tidak dapat saya tolak," ujarnya.

Juru bicara kepresidenan Ernesto Abella mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan AS berpartisipasi secara langsung dalam operasi tempur, yang secara undang-undang dilarang.

"Pertarungan melawan terorisme, bagaimana pun, tidak hanya menjadi perhatian Filipina atau Amerika Serikat tapi juga menjadi perhatian banyak negara di seluruh dunia," kata Abella.

"Filipina terbuka untuk bantuan dari negara lain jika mereka menawarkannya."

Marawi dikuasai oleh pemberontak Maute pada 23 Mei 2017.

Langkah tersebut telah membuat khawatir negara-negara Asia Tenggara karena ISIS mencoba membangun benteng pertahanan di Mindanao yang dapat mengancam wilayah mereka.

Pentagon tidak memiliki perwakilan permanen di Filipina. Namun selama bertahun-tahun telah mengerahkan 50 sampai 100 pasukan khusus di bagian selatan negara tersebut dalam latihan rotasi, mengkonfirmasi bahwa pihaknya membantu militer Filipina di Marawi.

Dikatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, Pentagon memberi pasukan Filipina bantuan keamanan dan pelatihan di bidang intelijen, pengawasan, dan pengintaian.

Pentagon juga memiliki tambahan 300 sampai 500 tentara di negara tersebut untuk mendukung pelatihan dan kegiatan reguler.

Seorang pejabat AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan dukungan termasuk pengawasan dan penargetan udara, penyadapan elektronik, bantuan komunikasi dan pelatihan.

Sebuah pesawat pengintai Orion AS P-3 terlihat di atas kota itu pada hari 9 Juni lalu.

Baru-baru ini 13 personel marinir Filipina tewas dalam pertempuran melawan kelompok Maute. Total anggota militer yang tewas berjumlah 58 orang.

Sedikitnya 138 militan dan 20 warga sipil juga tewas, demikian data pemerintah Filipina.

Sedikitnya 200 militan Maute bersembunyi di sebuah sudut Kota Marawi. Diperkirakan 500 sampai 1.000 warga sipil terjebak di sana. Beberapa ditahan sebagai perisai manusia, sementara yang lain bersembunyi di rumah mereka tanpa akses ke air mengalir, listrik atau makanan.

Maute bergabung dengan Isnilon Hapilon, yang tahun lalu diproklamirkan oleh ISIS sebagai "emir" Asia Tenggara. Pejabat militer percaya bahwa Hapilon masih berada di Marawi.

Juru bicara Angkatan Darat Filipina, Brigadir Jenderal Restituto, bersumpah akan mengibarkan bendera nasional di seluruh Marawi pada Senin, 12 Juni 2017-- tepat pada hari peringatan Deklarasi Kemerdekaan Filipina dari Spanyol.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya