Ada Pasukan Elite AS di Tengah Pertempuran di Marawi Filipina

Kota Marawi di Mindanao tak hanya jadi zona pertempuran antara pasukan pemerintah Filipina dan kelompok milisi Maute yang pro-ISIS.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 10 Jun 2017, 20:24 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2017, 20:24 WIB
Pasukan elite AS pernah memberikan pendampingan pada Filipina saat melawan Abu Sayyaf
Pasukan elite AS pernah memberikan pendampingan pada Filipina saat melawan Abu Sayyaf (AFP)

Liputan6.com, Manila - Kota Marawi di Mindanao tak hanya jadi zona pertempuran antara pasukan pemerintah Filipina dan kelompok milisi Maute yang pro-ISIS.

Belakangan, militer Filipina mengakui, pasukan khusus Amerika Serikat membantu pihaknya merebut kembali Kota Marawi dari cengkeraman kelompok ekstremis.

"Namun, mereka tidak ikut bertempur, hanya menyediakan dukungan teknis," kata Juru Bicara Militer Filipina, Letnan Kolonel Jo-ar Herrera, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (10/6/2017).

Di sisi lain, sejumlah militan asing dikabarkan ikut bertempur di pihak Maute. Mereka berasal dari Arab Saudi, Indonesia, Malaysia, Yaman, India, dan Chechnya.

"Kekuasaan kelompok teroris di dalam Kota Marawi kian menyempit dari hari ke hari," kata Letkol Herrera.

Saat dikonfirmasi soal kehadiran pasukan elite AS, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Manila membenarkan keberadaan militernya di Marawi.

Menurut pihak Kedubes, keberadaan pasukan AS atas permintaan militer Filipina.

"Pasukan operasi khusus AS sedang mendampingi militer Filipina (AFP) dalam operasi di Marawi untuk membantu perlawanan terhadap kelompok Maute dan Abu Sayyaf," kata pihak Kedubes.

Sebelumnya, pada Jumat 9 Juni 2017, pesawat pengintai P3 Orion milik militer AS terlihat terbang di atas Kota Marawi. Namun, saat itu belum ada bukti bahwa AS telah mengirim pasukan ke Filipina Selatan.

AS masih memiliki depot logistik kecil di Filipina, meski program pendampingan untuk tentara di negara tersebut dalam menghadapi Abu Sayyaf tak lagi dilanjutkan sejak 2015.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte sebelumnya juga mengancam akan mengusir tentara Amerika Serikat, di tengah ketegangan hubungan dengan Washington DC.

Duterte juga beberapa kali melancarkan kritik terhadap AS. Namun, pada April 2017, ia sempat berbincang lewat telepon dengan Presiden Donald Trump -- yang digambarkan oleh Gedung Putih sebagai perbincangan 'yang sangat bersahabat'.

Sejumlah tentara pemerintah mengambil posisi saat memerangi kelompok Maute di Kota Marawi, Filipina, (28/5). Sekitar 61 militan, 20 anggota pasukan keamanan dan 19 warga sipil terbunuh akibat pertempuran tersebut. (AP Photo/Bullit Marquez)

Situasi keamanan di Filipina Selatan jauh dari kondusif sejak militan mengepung dan berusaha merebut Kota Marawi. Ratusan ekstremis bahkan mengibarkan bendera ISIS yang berwarna hitam.

Mereka dipimpin emir ISIS di Filipina Selatan, Isnilon Hapilon, serta Maute bersaudara Omar dan Abdullah. Ketiganya diperkirakan masih bersembunyi di Marawi.

Baru-baru ini 13 personel marinir Filipina tewas dalam pertempuran melawan kelompok Maute. Total anggota militer yang tewas berjumlah 58 orang.

Sedikitnya 138 militan dan 20 warga sipil juga tewas, demikian data pemerintah Filipina.

Juru Bicara Angkatan Darat Filipina, Brigadir Jenderal Restituto bersumpah akan mengibarkan bendera nasional di seluruh Marawi pada Senin 12 Juni 2017 -- tepat pada hari peringatan Deklarasi Kemerdekaan Filipina dari Spanyol. 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya