Liputan6.com, Pripyat - Sekitar 31 tahun yang lalu, pada tanggal 26 April 1986, penduduk Pripyat Ukraina tengah tidur pulas seperti sedia kala. Tak ada indikasi mencurigakan sebelumnya, hingga malapetaka besar terjadi di kota tersebut.
Malam sebelumnya, sekelompok teknisi sedang melakukan eksperimen di Reaktor no.4 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl yang berada di dekat Pripyat. Eksperimen itu dilakukan dengan mengabaikan prosedur keamanan dan berujung fatal. Reaktor seberat 2.000 ton tiba-tiba menjadi tak stabil. Para petugas tak mampu mengendalikan kebocoran radiasi. Kebakaran terjadi disertai ledakan yang tak terelakkan.
Hingga akhirnya insiden tersebut memakan korban, dua orang pekerja tewas yang kemudian bertambah menjadi 32 orang. Namun malapetaka ini belum usai. Para warga kemudian di evakuasi, yang semula hanya berada di sekitar proyek saja kini meluas hingga 50 ribu orang.
Advertisement
Pada mulanya warga hanya mengira hal itu hanya terjadi sesaat dan hanya membawa barang seadanya. Tetapi hal itu salah, mereka justru tak pernah kembali. Karena area tersebut dikosongkan, suasana kota yang semula aman dan damai tiba-tiba menjelma menjadi kota hantu yang tak berpenghuni.
Berita ini nyaris tak terdengar, pemerintah Uni Soviet yang kala itu menguasai Ukraina menutupi kecelakaan tersebut. Tetapi tak ada gunanya, lebih dari 50 ton materi radioaktif terlepas tak terkendali bahkan efeknya 400 kali lebih besar dibanding bom Hiroshima.
Efek radiasi itu kemudian menyebar dan menewaskan orang secara bertahap. Di Uni Soviet saja 5.000 orang meninggal dunia akibat kanker dan penyakit lain. Bahkan seorang anak harus lahir secara cacat dan tak memiliki kaki dan nyaris kehilangan semua jari-jarinya.
Selain peristiwa Chernobyl yang menjadi catatan buruk dalam sejarah beberapa kota lainnya mengalami kejadian serupa. Banyak kota sepi di seluruh dunia yang berbahaya bagi pengunjung.
Beberapa tempat ini ditinggalkan setelah terjadi kerusakan lingkungan yang parah dan penduduk tiba-tiba menjadi sakit. Sebagian besar kerusakan akibat racun dan kota ini kerap di anggap sebagai kota hantu yang berada di bawah bayang-bayang para turis dunia.
Seperti dikutip dari laman Listverse.com, berikut 5 kota hantu dan beracun yang berbahaya untuk dihuni:
1. Bikini Atoll, Kepulauan Marshall
Pada tahun 1946, seorang anggota Angkatan Laut Amerika Serikat mendekati penduduk Bikini Atoll. Anggota militer itu mengatakan, mereka seperti orang Israel yang menjadi orang-orang pilihan dan tanah mereka dibutuhkan untuk sebuah misi.
Angkatan Laut AS terus membujuk warga guna menyempurnakan misi nuklir mereka untuk keperluan peperangan dan membutuhkan sebuah kawasan untuk uji coba.
Setelah proses nego, masyarakat Bikini Atoll setuju untuk meninggalkan pulau tersebut. Pemerintah AS menghabiskan delapan tahun untuk uji coba bom di kepulauan tersebut. Mereka menjatuhkan 67 bom , salah satunya bahkan memiliki kekuatan seribu kali lebih kuat daripada bom Hiroshima.
Pada akhir tahun 1960, pejabat Amerika Serikat mengumumkan bahwa sebagian besar efek ledakan nuklirnya telah memudar dan hilang. Mendengar hal itu, banyak warga Bikini Atoll yang memilih kembali. Sepuluh tahun berlalu, mereka mulai merasakan efek samping dari radiasi.
Banyak wanita mengalami keguguran dan melahirkan jasad bayi. Anak-anak yang masih hidup tiba-tiba mengalami cacat permanen. Banyak warga Bikini Atoll yang mengalami gangguan atau masalah yang terjadi pada kelenjar tiroid dan memiliki tingkat kanker tertinggi dari wilayah lain.
Advertisement
2. New Idria, California
New Idria didirikan pada tahun 1854 di dekat tambang milenium terbesar dan paling produktif di Amerika Serikat. Nilai dan hasil produksi dari tambang ini sangat besar sehingga tentara bersenjata diturunkan untuk menjadi wilayah ini selama Perang Dunia I.
Aktivitas pertambangan ini terus berlanjut hingga akhirnya pada tahun 1971 perusahaan tambang ini ditutup. Kota ditinggalkan begitu saja karena tak ada yang mau repot membersihkan limbah pembuangan yang telah membeludak.
Berjarak 30 mil dari terowongan bawah tanah terdapat aliran air bocor yang mengandung merkuri. Zat berbahaya itu mengalir dan mencemari sungai di kawasan setempat. Terlihat air yang semula normal tiba-tiba berubah warna menjadi oranye terang.
Air sungai tersebut tercemar merkuri, aluminium, besi dan nikel. Bahkan kandungan air hampir sama dengan korosifnya dengan asam baterai. Air yang tercemar mengaliri sungai dan menyebabkan satwa disana keracunan dan terinfeksi zat berbahaya.
Bahkan yang paling membahayakan ketika ikan di sungai tercemar zat merkuri.
Celakanya, orang-orang di sana memakan ikan beracun. Para warga yang tinggal di kawasan aliran sungai dan memakan ikan mengalami sakit kepala, kesemutan dan tremor. Beberapa orang bahkan anak-anak mengalami kerusakan otak dan sistem saraf. Kini kota tersebut masih terdapat sisa-sisa limbah tambang.
3. Treece, Kansas
Kota Treece yang terletak di Kansas Amerika Serikat dikenal pada awal abad ke-20 setelah limbah timbal, seng dan endapan biji besi ditemukan. Dilaporkan, kota Treece menjadi lokasi pertambangan dan menjadi salah satu pemasok terbesar biji besi yang digunakan untuk kebutuhan Perang Dunia.
Pertambangan diberhentikan pada tahun 1970, namun lingkungan kota sudah terlanjur tercemar dan hancur akibat limbah. Udara di kota itu bahkan sangat mematikan. Kota ini dikelilingi oleh jutaan ton limbah pertambangan timbal dan seng. Desiran angin meniup kota dan membawa butir-butir biji besi ke seluruh kota. Bahkan tanah sebagai lokasi yang diinjak pun sangat berbahaya.
Lubang-lubang bekas galian proyek dipenuhi air yang terkontaminasi. Suatu hari gerombolan anak pernah menggunakan genangan air tersebut untuk berenang.
Tiba-tiba selepas selesai bermain, kulit mereka memerah dan para orang tua mengasumsikan bahwa anak-anak terbakar sinar matahari.
Sebaliknya, anak-anak tersebut menderita luka bakar akibat zat kimia. Penduduk setempat mulai curiga dan mengatakan bahwa timbal telah meracuni mereka.
Saat dilakukan tes darah ternyata hal itu terbukti benar. Kota tersebut dinyatakan tak layak huni dan segera ditinggal oleh warga. Hingga kini pemerintah tak mengizinkan siapapun untuk mendirikan bangunan di kota tak berpenghuni tersebut.
Advertisement
4. Bento Rodrigues, Brasil
Kota Bento Rodrigues yang terletak di Brasil merupakan sebuah wilayah yang dekat dengan tambang bijih besi. Oleh pelaku, limbah tambang tersebut di buang ke danau yang tak jauh dari lokasi Bento Rodrigues. Sehingga bendungan yang juga tak jauh dari kota itu juga terkontaminasi racun dan zat berbahaya.
Pada tahun 2015 sebuah bencana terjadi. Dinding bendungan roboh dan menumpahkan 5 juta liter air dan tanah liat beracun. Gelombang lumpur itu menutupi pemukiman rumah warga setinggi 10 meter dan menghancurkan kota Bento Rodrigues. Seketika seluruh kota diselimuti tanah merah.
Dua pakar lingkungan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengunjungi lokasi kejadian dan meneliti terdapat kandungan logam berat dan beracun tinggi.
Para ahli menemukan lumpur-lumpur itu telah meluas dan mencemari wilayah kota. Mereka juga melaporkan adanya kandungan kadar arsen dan timah hingga 10 sampai 20 kali di atas batas.
Pemilik tembang diharuskan untuk memindahkan orang-orang yang tinggal di Bento Rodrigues. Penduduk kota mungkin tak akan kembali lagi ke kampung halamannya.
Sebab, diperlukan waktu 10 hingga 50 tahun agar lingkungan tersebut terbebas dari zat beracun. Meskipun ada kemungkinan mereka tak akan mau lagi menghuni kota tersebut.
5. Centralia, Pennsylvania
Pada tahun 1962, pemerintah kota Centralia memutuskan membakar tumpukan sampah besar di salah satu lokasi pembuangan sampah di kota Centralia.
Sayangnya kota ini dekat dengan sebuah tambang batubara yang sudah lama ditinggalkan.
Saat bersamaan, sampah yang masih dalam kondisi terbakar itu menyulut ke sisa-sisa batubara. Api mulai menyebar ke seluruh wilayah tambang, Karbon Monoksida yang dihasilkan dari pembakaran ini mulai merembes ke tanah dan udara.
Banyak warga yang mulai kehilangan kesadaran akibat zat ini. Sinkholes (lubang besar) dan retak-retak di permukaan tanah mulai bermunculan di kota Centralia. Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun bahkan harus kehilangan nyawanya setelah terpeleset ke dalam lubang tersebut.
Pemerintah kota itu tak dapat berbuat apa-apa dan menyadari bahwa api terlalu besar untuk dipadamkan. Akhirnya mereka memilih untuk memindahkan seluruh penduduknya.
Hingga hari ini, kota tersebut bahkan tak berpenghuni dan kabarnya api masih menyala. Udara di kota Centralia bahkan sangat mematikan. Zat berbahaya bahkan keluar daru ratusan celah dan lubang dari dalam tanah. Gas itu meracuni udara dan orang-orang bisa tewas tercekik jika menghirup udara di sana.
Advertisement