Kelompok Separatis Ukraina Proklamasikan Pendirian Negara Baru

Negara baru itu bernama Malorossiya atau dalam bahasa Inggrisnya berarti "Little Russia".

oleh Khairisa Ferida diperbarui 19 Jul 2017, 21:30 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2017, 21:30 WIB
Seorang wanita berjalan di bawah papan reklame di Donetsk yang menampilkan Alexander Zakharchenko, pemimpin kelompok separatis
Seorang wanita berjalan di bawah papan reklame di Donetsk yang menampilkan Alexander Zakharchenko, pemimpin kelompok separatis (John MacDougall/AFP)

Liputan6.com, Kiev - Kelompok separatis pro-Rusia di wilayah Ukraina timur pada Selasa waktu setempat mengklaim telah mendirikan sebuah negara baru bernama Malorossiya. Dalam bahasa Inggris Malorossiya berarti "Little Russia".

"Kami menawarkan warga Ukraina solusi damai untuk keluar dari situasi sulit, tanpa perang," demikian disampaikan Alexander Zakharchenko, pemimpin kelompok pemberontak tersebut seperti dikutip dari The Washington Post pada Rabu (19/7/2017).

"Ini merupakan tawaran terakhir kami tidak hanya kepada warga Ukraina, namun juga seluruh negara yang mendukung perang sipil di Donbass," tambahnya.

Langkah tersebut dikhawatirkan akan meruntuhkan perjanjian damai Minsk Belarusia 2015 lalu. Kesepakatan itu dicapai oleh kelompok pemberontak dan pemerintah Ukraina demi mengakhiri kekerasan di wilayah timur negara itu.

Kabar terkait pendirian negara baru ini dengan cepat mengundang reaksi dari berbagai pihak. Presiden Ukraina Petro Poroshenko menyebut, kelompok separatis itu sebagai "boneka yang menyiarkan pesan dari Rusia".

Oleh kelompok pemberontak, proklamasi Malorossiya dijuluki sebagai "peristiwa bersejarah". Dalam peta yang mereka rilis, seluruh wilayah Ukraina digambarkan sebagai bagian dari Malorossiya, terkecuali Krimea yang dianeksasi Rusia pada Maret 2014.

Kiev, akan ditetapkan menjadi "pusat sejarah dan budaya tanpa status sebagai ibu kota". Sementara itu Donetsk akan menjadi pusat politik baru di Malorossiya.

Kelompok itu juga merilis sebuah bendera, yang menurut mereka terinspirasi oleh sosok Bogdan Khmelnitsky, seorang pemimpin pemberontak yang melawan Polandia dan mengalihkan lahan-lahan Ukraina ke bawah kendali Rusia.

Retorika di balik proklamasi Malorossiya mengacu pada sejarah Ukraina yang rumit. Sebagian besar wilayah yang membentuk negara itu pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Rusia dan kemudian menjadi bagian dari Republik Sosialis Soviet Ukraina sebelum akhirnya merdeka pada 1991.

Mayoritas warga di Ukraina timur secara etnis adalah Rusia dan berbicara bahasa Rusia. Banyak pula warga Rusia yang mengaitkan sejarah mereka dengan tanah Ukraina dan Kievan Rus, sebuah negara Slavia Timur yang berjaya pada Abad ke-11 dan berpusat di wilayah yang kini menjadi Ibu Kota Ukraina.

Media pemerintah Rusia sendiri menutupi kabar proklamasi Malorossiya. Moskow mengatakan, tidak mendukung pernyataan Zakharchenko. Selain itu, kelompok separatis lainnya yang mendukung pengumuman tersebut juga hanya sedikit.

Sekretaris Pers Kremlin Dmitry berusaha menarik Rusia dari isu Malorossiya dengan mengatakan, proklamasi tersebut didasarkan pada inisiatif pribadi Zakharchenko. "Moskow mengetahuinya dari wartawan".

Boris Gryzlov, utusan Rusia dalam perundingan Minsk mengatakan, proposal berdirinya Malorossiya kemungkinan terkait dengan perang informasi bukan subjek politik yang nyata.

Diprediksi, hanya ada sedikit peluang bagi Malorossiya untuk diakui sebagai sebuah negara. Pengumuman terkait berdirinya Malorossiya dianggap menandai kegagalan perjanjian damai Minsk dalam menemukan solusi atas konflik di Ukraina timur.

 

Simak video menarik berikut:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya