Liputan6.com, Yangon - Penyelidik penyebab kecelakaan pesawat Myanmar yang hilang kontak pada 7 Juni 2017, mengungkapkan bahwa cuaca buruklah penyebab insiden tersebut. Pesawat militer buatan China itu jatuh ke Laut Andaman dan menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 122 orang.
Para penyelidik menemukan bahwa pilot pesawat Y8 itu kehilangan kontrol setelah masuk ke awan badai tebal. Menurut laporan media pemerintah, es terbentuk di sayap pesawat dan arus silang tiba-tiba membuat mesin mati.
Baca Juga
Dikutip dari BBC, Rabu (19/7/2017), insiden itu merupakan satu di antara kecelakaan pesawat terburuk di Myanmar.
Advertisement
Pesawat dengan 14 awak itu, penumpangnya sebagian besar adalah personel militer dan anggota keluarganya, termasuk anak-anak.
Meski Myanmar sedang memasuki musim hujan, tidak ada laporan adanya cuaca buruk saat itu. Komunikasi dengan pesawat hilang setelah satu setengah jam mengudara.
"Kecelakaan terjadi karena pesawat kehilangan kontrol setelah mengalami cuaca buruk yang menyebabkan mesin pesawat mati...dan menyebabkan pesawat menukik," ujar media pemerintah.
Setelah mempelajari data dari kotak hitam, penyidik memutuskan bahwa kecelakaan pesawat Myanmar tersebut bukan akibat dari sabotase, ledakan, atau kegagalan mesin.
Pesawat yang terbang dari Myeik ke Yangon itu, puing-puingnya ditemukan di perairan kota pesisir Dawei.
Hingga saat ini, belum diketahui mengapa pilot memutuskan terbang melintasi badai. Pasalnya, radar cuaca biasanya menyarankan agar pesawat menghindari awan tersebut.
Myanmar mengalami sejumlah insiden kecelakaan pesawat dalam beberapa tahun terakhir. Pada Februari 2016, lima awak pesawat angkatan udara tewas ketika kapal mereka jatuh di Ibu Kota Nay Pyi Taw.
Beberapa bulan kemudian, tiga petugas tewas ketika helikopter militer yang ditumpangi jatuh di Myanmar Tengah. Sebuah pesawat komersial Air Bagan juga dilaporkan pernah melakukan pendaratan darurat pada 2012, dua orang tewas akibat terjadi kebakaran.
Simak juga video berikut ini: