Arktika Terus Kehilangan Lapisan Es, Ada Apa dengan Dunia?

Pengamatan satelit sejak 1979 menunjukkan lapisan es di Arktika berkurang sekitar 88.000 kilometer persegi setiap tahun.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 19 Agu 2017, 11:00 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2017, 11:00 WIB
bonsai
Tenggelam di Lautan Artik, foto bonsai ini menjadi sangat keren! (foto : Azuma Makoto)

Liputan6.com, Arktika - Setiap musim panas, para pakar klimatologi dan kapten kapal, serta suku Inuit yang hidup di wilayah Arktika, melaporkan bahwa lapisan es semakin mengecil.

Hal ini bisa dibilang bagus bagi pariwisata dan penangkapan ikan di Arktika, tapi buruk bagi beruang kutub.

Dikutip dari laman Voice of America, Sabtu (19/8/2017), beberapa tahun lalu, pada musim panas sekalipun, wilayah Arktik tertutup lapisan es tebal dan tidak bisa dicapai lewat laut.

Kini, beruang-beruang kutub bisa berdiri di atas sebongkah es dan dikelilingi lautan. Dan kapal pemecah es Nordica seberat 13.000 ton milik Finlandia bisa melintasinya tanpa hambatan.

Duke Snider, navigator yang memandu kapal melintasi perairan berbahaya mengatakan, ketebalan es di sana dulunya sampai beberapa meter.

"Tahun lalu, wilayah yang sebelumnya tertutup es, meleleh sepenuhnya sampai Selat McClintock bebas dari es -- dianggap sebagai kejadian yang sangat langka ini," ujar Duka Snider.

Pengamatan satelit sejak 1979 menunjukkan lapisan es di Arktika berkurang sekitar 88.000 kilometer persegi setiap tahun, setara dengan ukuran Serbia.

Para ilmuwan mengatakan, penurunan itu tidak bisa dipulihkan meskipun negara-negara yang menandatangani perjanjian iklim Paris 2015 mematuhi janji mereka untuk menjaga agar pemanasan global di bawah dua serajat celsius.

Pakar iklim Andrew Weaver menjelaskan, "Arktika meleleh pada tingkat sekitar 2,5 persen per dasawarsa bulan Mei dan sekitar 10,4 persen per dasawarsa pada bulan Agustus."

Sebagian menganggap ada manfaatnya. Jalur Northwest yang sebelumnya beku dari Atlantik utara ke Pasifik utara kini terbuka pada musim panas, sehingga memungkinkan kapal-kapal pesiar, kapal pukat ikan dan kapal-kapal dagang yang mengangkut barang-barang kepada komunitas setempat untuk melintas. Tapi dampak negatifnya bisa berlangsung lama.

Pakar perubahan iklim Michael Byers mengatakan, "Anda bisa melakukan wisata kapal pesiar untuk melihat beruang-beruang kutub, hewan yang mungkin akan langka dalam 20 atau 50 tahun lagi."

Para penduduk setempat mengatakan bahkan anak-anak mereka menyadari adanya perubahan dan memiliki pendapat beragam.

"Ketika es di teluk kami meleleh, anak-anak menyadarinya dengan cepat. Mereka kerap mengatakan, ada kapal lewat, ada kapal berlabuh," ujar Maatiusi Manning penduduk Pulau Baffin.

Para ilmuwan mengatakan apabila tren itu berlanjut, sebagian besar anak-anak Inuit akan segera mengalami musim panas tanpa es, dan mungkin musim dingin tanpa es.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya