Steve Bannon Hengkang dari Gedung Putih, Dipecat Donald Trump?

Kepala Strategi Donald Trump, Steve Bannon hengkang dari Gedung Putih, Jumat 18 Agustus 2017.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 19 Agu 2017, 02:14 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2017, 02:14 WIB
Kepala Strategi pemerintahan Donald Trump, Steve Bannon
Kepala Strategi pemerintahan Donald Trump, Steve Bannon (AP)

Liputan6.com, Washington DC - Kepala Strategi Donald Trump, Steve Bannon hengkang dari Gedung Putih, Jumat 18 Agustus 2017.

Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders mengonfirmasi hal tersebut, namun tak dijelaskan apakah Bannon mengundurkan diri atau dipecat.

"Kepala Staf Gedung Putih John Kelly dan Steve Bannon telah menyepakati bahwa ini adalah hari terakhir bagi Steve. Kami sangat berterima kasih atas pengabdiannya dan mendoakan yang terbaik," kata Sanders, seperti dikutip dari CNN, Sabtu (19/8/2017).

Dua sumber Gedung Putih mengatakan kepada CNN, Bannon awalnya diberi opsi untuk mundur. Namun belakangan ia dipaksa keluar alias dipecat.

Donald Trump dikabarkan beberapa kali menjadikan Bannon sasaran kemarahannya. Pada Kamis malam lalu misalnya, sang miliarder nyentrik marah besar pada penasihat seniornya itu.

Pasalnya, dalam wawancara dengan American Prospect, Bannon mengeluarkan pernyataan yang bertentangan dengan apa yang diucapkan atasannya itu soal isu Korea Utara. Misalnya, ia menyebut bahwa opsi serangan militer ke Korut tak mungkin dilakukan.

Bannon juga mengatakan, ia bisa mengocok ulang personel di Departemen Luar Negeri.

Steve Bannon kehilangan jabatannya yang bergengsinya hanya tujuh bulan setelah Donald Trump resmi diangkat jadi Presiden Amerika Serikat -- juga tiga pekan setelah Jenderal Purnawirawan John Kelly mengambil alih jabatan Kepala Staf Kabinet.

Kelly berniat mendisiplinkan Gedung Putih, yang 'kacau' oleh perpecahan internal, pertengkaran antar-staf, dan badai kontroversi yang terus menerjang.

Bannon dianggap sebagai salah satu staf Gedung Putih paling kontroversial.  Ia dianggap sebagai sosok pendorong di balik ideologi 'nasionalis' Donald Trump.

Bannon bergabung dengan kampanye Trump tahun lalu, naik kelas dari sekedar pendukung menjadi tokoh yang dianggap berjasa di balik kemenangan sang miliarder nyentrik.

Namun, belakangan ia tak lagi dianggap. Bannon tak diajak saat Trump 'berlibur sambil bekerja' di resor golfnya di Bedminster, New Jersey. Ia tetap berada di Washington DC.

Seorang sumber mengatakan, Bannon seharusnya dipecat dua pekan lalu, berbarengan dengan pemutusan kerja Kepala Staf Reince Priebus.

Namun, hal itu ditentang politisi berpengaruh Partai Republik Mark Meadows. Wawancara Bannon dengan American Prospect mengubah segalanya.

Pertanyaannya sekarang, apakah di luar Gedung Putih, Bannon akan tetap menjadi sekutu atau duri dalam daging bagi pemerintahan Donald Trump?

Stephen Bannon adalah mantan eksekutif Breitbart News, media politik konservatif Amerika. Bisa jadi ia akan kembali ke medianya yang dulu mendukung Donald Trump mati-matian.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya