Liputan6.com, Seoul - Amerika Serikat dan Korea Selatan memulai latihan angkatan udara gabungan terbesarnya. Pejabat militer Korsel mengatakan, pelatihan ini ditujukan untuk simulasi penyerangan di lokasi uji coba nuklir dan rudal Korea Utara.
Sebanyak 230 pesawat disebut turut andil dalam latihan itu, termasuk di dalamnya, yakni beberapa pesawat tempur terkuat Pentagon, seperti F-35 Lightning II dan pengebom B1-B Lancer.
Advertisement
Baca Juga
Pesawat-pesawat canggih tersebut meluncur setelah minggu lalu Korea Utara menguji sebuah rudal. Rudal ini diprediksi oleh para ahli memiliki kemampuan untuk mencapai sebagian besar wilayah Amerika Serikat.
Akan tetapi, para pejabat setempat menegaskan bahwa latihan tersebut merupakan bagian dari latihan rutin tahunan dan telah direncanakan sebelum Korea Utara melakukan uji coba rudal.
"Latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan operasi angkatan udara kami, siang dan malam, dari Korea Selatan dan Amerika Serikat," kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan, seperti dikutip dari New York Times, Senin (4/12/2017).
Di satu sisi, latihan ini justru membuat "panas" Korea Utara. Media corong Kim Jong-un, KCNA, mengatakan pada Minggu, 3 Desember 2017 bahwa latihan udara tersebut berdampak pada terjadinya perang nuklir di Semenanjung Korea.
Korea Utara Ancam Ambil Tindakan Serius
Pyongyang menegaskan akan mengambil tindakan serius terhadap latihan tersebut. KCNA memberitakan, AS dan Korsel harus membayar mahal kegiatan yang dianggap memprovokasi ini.
Senator Lindsey Graham dari South Carolina mendesak Pentagon untuk memindahkan pasukan Amerika dari Korea Selatan karena ancaman konflik. Tercatat ada lebih dari 28.000 tentara AS yang ditempatkan di sana dan tak sedikit pula yang hidup bersama keluarga mereka.
"Adalah hal gila apabila tetap mengirim suami dan anak-anak ke Korea Selatan, mengingat di sana ada provokasi dari Korea Utara," kata Graham kepada CBC dalam acaranya Face the Nation.
"Saya pikir warga Amerika harus dipindahkan dari Korea Selatan sekarang juga," tambahnya yang juga merupakan anggota Komite Senat Angkatan Bersenjata.
Latihan militer yang dimulai pada Senin, 4 Desember 2017 ini melibatkan 12.000 personel dan menyertakan enam F-22 Raptors. Sementara itu, militer Korsel mengungkapkan, latihan tersebut akan dilakukan di bawah skenario masa perang yang menargetkan nuklir dan rudal Korea Utara.
Advertisement