Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, masuk dalam nominasi 10 Orang Paling Berpengaruh di Dunia atau Person of the Year versi majalah Time.
Selain Kim Jong-un, sejumlah pemimpin dunia lainnya, seperti Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping, juga masuk dalam kategori tersebut.
Majalah Time memasukkan Kim Jong-un ke daftar nominasi karena ia dianggap berpengaruh dalam berbagai macam pemberitaan tahun ini.
Advertisement
Melansir laman Time, Selasa, 5 Desember 2017, Kim Jong-un dianggap mampu mengubah pola pikir warga AS tentang ancaman perang nuklir. Caranya, yakni dengan meluncurkan uji coba rudal balistik antarbenua dan mengancam Presiden Trump yang menjulukinya "Manusia Roket".Â
Kantor berita Korea Utara kemudian merilis pernyataan Kim Jong-un yang menyebut Trump sebagai "orang tua pikun". Tak ayal tindakannya itu memancing perhatian dunia internasional.
Sepanjang 2017, pemberitaan terkait Kim Jong-un dan program nuklir Korea Utara ramai menghiasi berbagai media internasional.Â
Selain ketiga pemimpin di atas, tokoh lainnya yang masuk dalam nominasi Person of the Year versi majalah Time yakni CEO Amazon Jeff Bezos, kelompok aktivis The Dreamers, Sutradara film Wonder Woman Patty Jenkins, pesepak bola Amerika Colin Kaepernick, gerakan '#Me too', mantan Direktur FBI Robert Mueller, dan Pangeran Mohammed bin Salman.
Person of the Year tahun ini akan diresmikan pada Rabu, 6 Desember 2017 pukul 07:00 waktu setempat. Sementara itu, peluang kemenangan Kim Jong-un masih belum diketahui.
Kim Jong-un Bersahabat dengan Mantan Pemain NBA
Meski dikenal sebagai negara paling menutup diri di jagat raya, sudah bukan rahasia jika pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menjalin persahabatan dengan bintang basket kondang, Dennis Rodman (56).
Rodman telah berkunjung ke Korea Utara lima kali. Kedatangannya terakhir pada Juni lalu memang tidak mewakili Gedung Putih. Namun, ia dinilai berhasil menyampaikan pesan dari Presiden Donald Trump melalui buku berjudul Trump: The Art of the Deal.
Seperti dikutip dari New York Post, Rodman memberikan buku terlaris Trump tersebut kepada Menteri Olahraga Korut Kim Il Guk dengan maksud agar yang bersangkutan menyerahkannya kepada Kim Jong-un.
Trump: The Art of the Deal adalah buku karya Trump dan wartawan Tony Schwartz yang pertama kali dirilis pada 1987. Buku yang berisi memoar dan nasihat bisnis tersebut menduduki peringkat pertama di The New York Times Best Seller List selama 13 pekan.
Buku tersebut mendapat perhatian luas semasa kampanye pilpres AS 2016. Trump menyebut Trump: The Art of the Deal sebagai buku kesukaannya sesudah Alkitab.
Dalam kunjungannya ke Korut kali ini, Rodman yang pernah tampil dalam program Trump Celebrity Apprentice selama dua musim itu juga menemui para pebasket Korut.
"Kalian semua harusnya bangga dengan diri kalian sendiri, karena, kalian tahu, banyak orang meremehkan kalian, mengingat ini adalah sebuah negara kecil, dan tidak banyak orang Korut yang bisa bersaing di kancah global," ujar Rodman di hadapan para pebasket Korut.
Ia menambahkan, "Tapi bagi kalian jika dapat kembali ke negara ini dengan medali, itu akan sangat membanggakan Korut, karena orang-orang selama ini meremehkan olahraga Korut..."
Menteri Olahraga Korut pun memuji-muji Rodman. Pebasket yang pernah bermain di klub Chicago Bulls tersebut merupakan satu dari sedikit warga AS yang pernah bertemu dengan pemimpin Korut.
"Dulu, pemimpin tertinggi kami bertemu Anda beberapa kali dan dia menggunakan waktunya yang berharga untuk menonton pertandingan basket yang dipertontonkan oleh pemain yang Anda bawa ke sini," kata Il Guk.
"Dulu dia bertemu Anda, jadi orang-orang kami mengenal Anda dengan baik. Dan juga kami dapat merasakan bahwa Anda adalah teman lama," ucapnya.
Dilansir Mirror, pemain basket yang masuk dalam Hall of Fame NBA itu merupakan sosok yang memiliki kedekatan baik dengan Kim Jong-un maupun dengan Trump. Ia diketahui mendukung Trump saat pencalonannya dalam pilpres AS 2016.
Sementara dengan Kim Jong-un, Rodman berbagi kecintaan yang sama soal bola basket.
Rodman mendarat di Korut pada Selasa, 13 Juni 2017, selang beberapa jam setelah Pyongyang membebaskan Otto Warmbier. Warmbier adalah seorang mahasiswa University of Virginia yang didakwa 15 tahun penjara karena mencuri spanduk propaganda saat berkunjung ke negara tersebut pada Januari 2016.
Korut menjelaskan, mereka membebaskan Warmbier yang dalam kondisi koma lebih dari satu tahun demi alasan kemanusiaan.
Advertisement