Liputan6.com, Ramallah - Warga Palestina mematikan lampu-lampu Natal di sekitar tempat kelahiran Yesus di Bethlehem, Rabu 6 Desember 2017 malam waktu setempat.
Sebuah pohon Natal berhias lampu ditempatkan di luar Gereja Kelahiran atau Church of Nativity, di Bethlehem. Tempat ini diyakini umat Kristiani sebagai tempat kelahiran Kristus.
Akan tetapi, otoritas setempat meminta agar lampu-lampu cantik itu tidak dinyalakan. Mereka melakukan ini sebagai bentuk protes atas keputusan Presiden Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Advertisement
"Pohon Natal dimatikan atas perintah Wali Kota sebagai protes atas keputusan Trump," kata Fady Ghattas, pejabat media pemerintah Kota Bethlehem. Ia tak tahu kapan lampu-lampu hiasan itu akan dinyalakan lagi.
Selain di Bethlehem, aksi serupa juga dilakukan di Ramallah. Satu pohon natal raksasa di Ramallah, yang diletakkan di sebelah makam mantan pemimpin Palestina Yasser Arafat, tak mengeluarkan pendar lampu hias.
Dalam pidatonya di Washington DC, Trump telah memutuskan untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan akan memindahkan kedutaan besar AS ke kota suci itu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji langkah Trump yang dianggap telah menandai babak baru konflik Israel-Palestina. Ia menambahkan, keputusan Trump adalah keputusan bersejarah.
Masyarakat Arab dan Muslim di seluruh Timur Tengah mengutuk keputusan AS. Mereka menganggap keputusan Trump akan semakin memanaskan kawasan yang tidak stabil itu. Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga sudah memberikan peringatan tentang dampak yang mungkin muncul setelahnya.
Putusan Trump Picu Keresahan Dunia
Masyarakat internasional dengan cepat menanggapi pengumuman kontroversial Trump. Langkah Trump ini dapat memicu kembali kekerasan Israel-Palestina.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, menyerukan masyarakat internasional agar bersikap tenang dan menahan diri.
"Sejak menjabat di hari pertama sebagai Sekjen PBB, saya selalu menentang langkah sepihak yang mengancam prospek perdamaian Israel-Palestina," kata Guterres seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (6/12/2017).
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, pengumuman Trump mengenai Yerusalem merupakan pernyataan penarikan diri dari peran yang dipegang AS dalam proses perdamaian.
Mesir, negara Arab pertama yang menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel, mengecam keputusan Trump itu. Pernyataan Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan keputusan Trump melanggar resolusi internasional mengenai status Yerusalem.
Sebaliknya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyambut gembira keputusan itu. “Kami sangat berterima kasih atas keputusan yang adil dan berani untuk mengakui Yerusalem dan bersiap-siap memindah kedutaan besar Amerika Serikat ke kota ini.”
Advertisement