Liputan6.com, Washington DC - Salah seorang petinggi militer Amerika Serikat (AS), dalam unggahannya di media sosial, mengancam tidak ragu untuk menembak atau menyekop kepala para militan ISIS di Irak dan Suriah hingga tewas jika mereka tidak mau menyerah.
Dikutip dari laman time.com, Kamis (11/1/2018), Komandan Pasukan Sersan Mayor John W. Troxell, bersama dengan Kepala Kesatuan Militer AS, Jenderal Joseph Dunford, angkat bicara terkait sebuah video kekerasan yang beredar luas di Facebook dan Twitter sejak Selasa, 9 Januari 2018.
Advertisement
Baca Juga
Video tersebut memperlihatkan proses interogasi militan ISIS yang dilakukan oleh seorang tentara AS yang wajahnya disamarkan. Tentara tersebut terlihat membawa sebuah sekop kecil yang kerap dijuluki secara sarkas sebagai 'alat pertukangan' militer.
"ISIS harus sadar bahwa kehadiran Joint Force (satuan militer) bertujuan untuk menghabisinya," jelas Troxell.
"Jadi, mereka memiliki dua opsi yang harus segera diputuskan di hadapan AS, sekutu, dan rekan global kami: menyerah atau mati!" lanjutnya tegas.
Berjanji akan Menahan Secara Manusiawi Militan ISIS yang Menyerah
Terhadap tahanan ISIS yang menyerahkan diri, Troxell berjanji akan menahannya secara manusiawi, serta diberi makan dan sel penjara yang layak.
"Tetapi, jika mereka memilih melawan, kami pun tidak segan untuk membunuhnya dengan cara yang kejam, entah itu melalui bantuan pasukan keamanan, menjatuhi markas mereka dengan bom, menembaki kepala mereka, atau memukul hingga mati dengan alat-alat pertukangan kami," ancam Troxell.
Sejauh ini, koalisi militer pimpinan AS telah mendorong ISIS keluar dari pusat-pusat kota dan wilayah sipil di Irak dan Suriah ke kawasan yang mereka sebut sebagai 'khilafah'.
Militan ISIS yang masih bertahan dilaporkan menguasai kantong-kantong pertahanan di sisi timur Suriah, dekat dengan perbatasan Irak. Kawasan konsentrasi ISIS tersebut juga dikenal dengan sebutan Lembah Eufrat Tengah karena berlokasi tidak jauh dari aliran sunagi Eufrat.
Advertisement
Pernyataan Kontra Menteri Pertahanan AS
Akhir Desember lalu, Menteri Pertahanan AS, James Mattis, mengatakan kepada media di Pentagon bahwa saat ini tersisa sekitar 3.000 militan ISIS.
"Kita harus segera menghentikan sepak terjang mereka," ujar Mattis.
Namun, ia mengaku kurang sependapat dengan pernyataan Troxell yang menginginkan pemberantasan ISIS dilakukan dengan beragam cara, termasuk kekerasan yang brutal sekalipun.
"Saat ini, masih cukup banyak operasi intelijen militer yang dilaksanakan bekerja sama dengan polisi dan otoritas lokal," jelas Mattis.
"Kami bukan bertujuan membuat aturan hukum di sana, melainkan membantu otoritas setempat dalam menegakkan aturan hukum dalam memberantas ISIS," tukasnya.