Liputan6.com, Teheran - Seorang pejabat tinggi Iran mengatakan negaranya membangun pertahanan yang lebih kuat untuk menghadapi ISIS. Ia membocorkan bahwa ISIS kemungkinan akan melebarkan sayapnya di Asia Tengah, setelah militernya "keok" di Timur Tengah.
Menteri Intelijen Iran Mahmoud Alavi mengatakan, walaupun ISIS tak lagi memiliki wilayah yang signifikan, mereka masih memiliki persediaan senjata.
Baca Juga
Itu artinya, ancaman ISIS diperkirakan akan terus berlanjut ke berbagai negara. Mengantisipasi hal itu, Iran berencana membangun "pijakan" yang lebih kuat di jantung Asia.
Advertisement
"ISIS telah kehilangan tanah jajahannya, namun pasukannya belum menyerah. Mereka masih menargetkan Afghanistan, Pakistan dan Asia Tengah untuk menghidupkan kembali Islam radikal," kata Alavi, mengutip Newsweek, Rabu (13/12/2017)
Di waktu lain, Menteri Pertahanan Afghanistan Dawlat Waziri menegaskan ia akan meminta bantuan Iran untuk memberantas pemberontakan yang terjadi di negaranya.
Akan tetapi, langkah tersebut dirasa bisa semakin mempersulit situasi di lapangan, mengingat ada sekitar 14.000 tentara Amerika Serikat yang membantu pasukan keamanan Afghanistan untuk menjatuhkan Taliban--sekutu Al Qaeda--dan ISIS yang telah membentuk afiliasinya sendiri.
Kini, meski AS dan Iran sama-sama berperang melawan ISIS, tapi toh nyatanya mereka saling tuduh. Keduanya mengira sedang mengincar sesuatu di balik penyerangan itu ketimbang meruntuhkan ancaman ekstremisme.
Pertempuran melawan ISIS memberi keuntungan bagi Iran dan sekutunya, terutama milisi Muslim Syiah (Shiite Muslim).
Alavi menilai, keputusan kontroversial Presiden AS Donald Trump terkait isu Yerusalem berimbas pada ambisi ISIS yang ingin menguasai wilayah itu. Meski kehadiran mereka di Afghanistan sebenarnya dirasa cukup kuat untuk menghancurkan tentara AS, membunuh warga sipil, dan menyaingi Taliban di beberapa daerah.
Selain Afghanistan dan Pakistan, kelompok yang mangaku ISIS telah membangun pos-pos pertahanan di belahan dunia lain, termasuk wilayah Kaukasus, Semenanjung Arab, Afrika utara dan sub-Sahara, serta Asia Tenggara, terutama di Filipina selatan.
Beberapa serangan mematikan di Pakistan, yang diduga dilakukan oleh ISIS, juga diklaim oleh kelompok militan lainnya seperti Jamaat-ul-Ahrar dan Lashkar-e-Jhangvi.
Bulan lalu, Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Amir Hatami mengatakan kepada Panglima Angkatan Darat Pakistan Jenderal Qamar Javed Bajwa, bahwa keamanan Pakistan merupakan bagian dari Iran.
Oleh sebab itu, hubungan antara Teheran dan Islamabad bisa ditingkatkan, sejalan dengan peningkatan kekuatan pertahanan kedua negara.
Â
Â
Â
ISIS Memanfaatkan Internet
Kelompok radikal ISIS memanfaatkan kemajuan teknologi internet untuk menyebarkan pahamnya. Pernyataan ini diucapkan oleh seorang mantan teknisi ISIS.
"Mereka menyebarkan taktik berperang ke seluruh dunia, seperti ke Filipina dan Afrika," ungkap seorang mantan teknisi peledak ISIS Ernest Barajas Jr. kepada New York Times.
Di lain tempat, anggota keluarga korban penembakan di San Bernardino, California, AS, melayangkan gugatan kepada Google, Facebook, dan Twitter. Menurut laporan, ketiga jejaring sosial raksasa itu dianggap telah mengizinkan kampanye ISIS di platform mereka.
Keluarga korban menganggap ketiga perusahaan internet terbesar itu telah membiarkan militan ISIS menyebarkan propaganda secara bebas. Ketiganya juga dianggap menyediakan material pendukung kepada kelompok militan dan memungkinkan terjadinya serangan seperti di San Bernardino.
"Selama bertahun-tahun, perusahaan internet telah dengan sengaja dan ceroboh memberikan akses akun jejaring sosial kepada kelompok ISIS, sebagai alat untuk menyebarkan propaganda ekstremis, mengumpulkan dana, dan merekrut anggota baru," kata seorang anggota keluarga korban.
Tuntutan terhadap Google, Facebook, dan Twitter diajukan di Pengadilan Distrik Los Angeles, AS, Rabu lalu. Penggugat juga menyebut, tanpa dukungan Twitter, Facebook, dan Google (YouTube), ISIS tak mungkin tumbuh masif dan ditakuti selama beberapa tahun terakhir.
Juru bicara Twitter dan Google menolak berkomentar tentang masalah ini. Selain itu, perwakilan Facebook pun bungkam.
Pada 2 Desember 2015, Syed Rizwan Farook dan istrinya, Tashfeen Malik, menembak secara membabi buta ke sebuah bangunan pemerintahan di San Bernardino. Aksi ini menyebabkan 14 orang tewas dan 22 orang lainnya terluka parah.
Farook yang berusia 28 tahun itu merupakan imigran AS keturunan Pakistan. Sementara sang istri, Malik, adalah orang Pakistan yang kemudian meninggal terkena tembakan polisi, beberapa jam setelah penembakan terjadi.
Pada Desember 2016, keluarga korban penembakan sebuah klub malam di Orlando juga melayangkan gugatan pada Google, Facebook, dan Twitter dengan tuduhan serupa.
Sementara itu, keberadaan pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi, hingga kini masih belum diketahui.
Â
Advertisement