Eks Pemimpin Catalonia Ditangkap di Jerman, 55 Ribu Warga Gelar Unjuk Rasa

Puluhan ribu warga Catalonia terlibat demonstrasi yang berujung bentrokan dengan aparat, demi memprotes penangkapan eks-Pemimpin Catalonia, Carles Puidgemont di Jerman

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 26 Mar 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2018, 16:00 WIB
Mantan Pemimpin Catalonia Ditahan, Demonstran Bentrok dengan Polisi
Petugas kepolisian bentrok dengan pendukung pro kemerdekaan Catalonia di Barcelona, Spanyol, Minggu (25/3). Demonstran berusaha mencapai kantor pemerintahan. (Foto AP/Emilio Morenatti)

Liputan6.com, Barcelona - Puluhan ribu warga Catalonia terlibat demonstrasi yang berujung bentrokan dengan aparat pada Minggu, 25 Maret 2018 sore waktu setempat. Akibatnya, sekitar 79 orang terluka, termasuk 13 aparat.

Aksi itu digelar untuk memprotes penangkapan eks-Pemimpin Catalonia, Carles Puidgemont di Jerman pada akhir pekan lalu.

Puidgemont -- yang menjadi buronan Spanyol atas tuduhan penghasutan dan pemberontakan -- telah ditangkap dan ditahan oleh otoritas Jerman pada Minggu, 25 Maret 2018 waktu setempat. Demikian seperti dikutip dari BBC (26/3/2018).

Eks-Pemimpin Catalonia yang tengah mengasingkan diri sejak Oktober 2017 itu ditangkap oleh otoritas saat tengah menyeberang dari Denmark menuju Belgia via Jerman. Lokasi penangkapan adalah Schleswig-Holstein utara, negara bagian Jerman yang berbatasan dengan Denmark.

Dalam penangkapan itu, Polisi Jerman bertindak menggunakan European Arrest Warrant atau Surat Perintah Penangkapan Otorita Hukum Uni Eropa yang terbit pada Jumat, 23 Maret lalu.

Spanyol -- sebagai anggota Uni Eropa -- merupakan pihak pengusul surat perintah penangkapan itu.

Saat ini, Puidgemont masih ditahan di penjara Kota Neumeunster, Jerman Utara. Eks-Pemimpin Catalonia itu dijadwalkan akan menghadap ke Hakim Pengadilan Jerman pada Senin, 26 Maret.

 

 

Saksikan video berikut ini:

Warga Menggelar Protes

Mantan Pemimpin Catalonia Ditahan, Demonstran Bentrok dengan Polisi
Pendukung pro kemerdekaan Catalonia berkumpul dekat kantor pemerintah di Barcelona, Spanyol, Minggu (25/3). Demonstran memprotes penangkapan mantan pemimpin ekstrem Catalonia, Carles Puigdemont. (AP Photo/Felipe Dana)

Penangkapan itu memicu demonstrasi di pusat kota Barcelona pada 25 Maret, melibatkan kurang-lebih 55.000 warga Catalonia.

Demonstrasi yang berskala kecil juga terjadi di Girona, Tarragona, dan Lleida.

Aksi protes berujung bentrokan antara pendemo dan aparat pengendali huru-hara. Alhasil, 79 orang terluka, termasuk 13 personel keamanan.

Selain menyuarakan protes terhadap penangkapan Puidgemont serta menggaungkan kembali kemerdekaan Catalonia, demonstrasi itu juga dilakukan untuk mengecam penangkapan eks-petinggi Catalonia Jordi Turull oleh Spanyol.

Nama Turull sempat mencuat menjadi kandidat Presiden Catalonia usai Puidgemont memutuskan untuk mengasingkan diri ke luar negeri demi melarikan diri dari jerat persekusi Pemerintah Spanyol.

Termasuk Puidgemont dan Turull, Mahkamah Agung Spanyol telah memerintahkan penangkapan dan penahanan terhadap 25 orang pejabat tinggi Catalonia, serta berencana untuk mendakwa mereka dengan pasal pemberontakan dan pengkhianatan terhadap negara.

Sebagian besar di antara mereka memilih untuk mengasingkan diri ke luar negeri. Belgia adalah salah satu destinasi utama. Namun beberapa ada yang memilih negara lain, misalnya, Clara Ponsati, eks-Menteri Pendidikan Catalonia yang mengasingkan diri ke Skotlandia.

Keputusan itu muncul sebagai respons atas geliat dinamika seputar Referendum Catalonia yang memanas sejak Oktober 2017 lalu.

Saat ini, Catalonia masih menjadi wilayah otonomi khusus Spanyol, meski pada 1 Oktober 2017, sebagian besar Catalan (demonim wilayah itu) -- melalui referendum -- telah memutuskan untuk memerdekakan diri dari Negeri Matador.

Madrid menyangkal hasil referendum tersebut dan mendeklarasikan gejolak di wilayah beribu kota Barcelona itu sebagai sebuah gerakan separatis.

Meski media Barat gencar menyuarakan pemberitaan seputar Catalonia, isu tersebut hanya menggeliat secara vakum di dalam negeri saja. Negara-negara Uni Eropa dan non-UE memilih diam, menyerahkan penanganan dinamika isu itu kepada Spanyol sesuai dengan prinsip kedaulatan mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya