Liputan6.com, Alabama - Pada 19 Februari 1807, sejarah mencatat penangkapan Aaron Burr, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, di Alabama. Ia ditangkap karena tuduhan berencana merebut wilayah Spanyol di Louisiana dan Meksiko dengan tujuan membentuk sebuah republik merdeka.
Dilansir dari History.com Rabu, (19/2/2025), pada pemilihan presiden pada tahun 1800, Thomas Jefferson dan pasangannya, Aaron Burr, sama-sama meraih 73 suara elektoral, mengalahkan petahana John Adams. Penentuan pemenang jatuh ke Dewan Perwakilan Rakyat, di mana Alexander Hamilton, tokoh Partai Federalis, mendukung Jefferson. Akibatnya, Burr otomatis menjadi wakil presiden.
Hubungan Jefferson dan Burr memburuk, hingga Jefferson menolak mencalonkan Burr untuk periode kedua. Di sisi lain, sebagian Federalis yang kehilangan pengaruh mencoba merekrut Burr. Namun, Hamilton menentang keras dan menyebut Burr sebagai sosok berbahaya. Perselisihan ini memuncak pada duel di Weehawken, New Jersey, 11 Juli 1804. Hamilton sengaja menembak ke udara, tetapi Burr menembak tepat sasaran. Hamilton tewas keesokan harinya, yang langsung menghancurkan karier politik Burr.
Advertisement
Setelah masa jabatannya berakhir, Burr bertemu Jenderal James Wilkinson di New Orleans. Keduanya diduga merencanakan pembentukan republik merdeka atau perebutan wilayah Spanyol. Namun, pada musim gugur 1806, rencana Burr tercium pemerintah. Demi menyelamatkan diri, Wilkinson menuduh Burr berkhianat.
Burr ditangkap pada 19 Februari 1807 di Alabama dan diadili di Richmond, Virginia. Pada 1 September 1807, hakim memutuskan Burr tidak bersalah karena tidak ada tindakan nyata yang memenuhi unsur pengkhianatan menurut Konstitusi. Meski bebas secara hukum, Burr tetap dicap pengkhianat di mata publik. Ia sempat hidup di Eropa sebelum kembali ke New York dan melanjutkan karier sebagai pengacara.