Miguel Díaz-Canel Resmi Gantikan Raul Castro sebagai Presiden Kuba

Terpilihnya Miguel Díaz-Canel, membuat untuk pertama kalinya dalam hampir enam dekade, Kuba dipimpin oleh seorang yang bukan trah Castro.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Apr 2018, 08:15 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2018, 08:15 WIB
Miguel Mario Diaz-Canel Bermudez, Presiden Kuba yang baru (AP/Andrea Rodriguez)
Miguel Mario Diaz-Canel Bermudez menjadi Presiden Kuba pertama yang berada di luar dinasti keluarga Castro. (AP/Andrea Rodriguez)

Liputan6.com, Havana - Miguel Díaz-Canel (57) secara resmi terpilih sebagai pemimpin baru Kuba pada hari Kamis waktu setempat, satu hari setelah pemungutan suara rahasia dilakukan di Majelis Nasional negara itu.

Ini pertama kalinya dalam hampir enam dekade, Kuba dipimpin oleh seorang yang tidak memiliki nama belakang Castro.

Seperti dikutip dari CNN, Jumat (20/4/2018), Díaz-Canel, dipilih dengan suara 603-1 untuk menggantikan Raul Castro (86). Hal itu menjadikannya presiden Dewan Negara dan Dewan Menteri Kuba.

Anggota lain dari Dewan Negara juga telah diumumkan pada hari yang sama. Sementara, susunan Dewan Menteri belum diputuskan.

Díaz-Canel sendiri belum lahir ketika Fidel Castro memimpin Revolusi Kuba pada tahun 1959.

Meski sosoknya telah terpilih sebagai presiden, namun Díaz-Canel menekankan bahwa Raul Castro akan terus memainkan peran kepemimpinan berkelanjutan.

"Raul Castro, sebagai sekretaris pertama Partai Komunis Kuba, akan memimpin keputusan transenden untuk masa kini dan masa depan negara ini," kata Díaz-Canel dalam pidato dihadapan Majelis Nasional Kuba di Havana pada hari Kamis.

Castro juga akan tetap menjadi anggota Majelis Nasional dan bahkan meski dia bukan presiden lagi, Castro akan tetap menjadi tokoh publik paling kuat di negara pulau itu.

Namun Castro menegaskan bahwa Díaz-Canel pada akhirnya akan menggantikannya sebagai ketua Partai Komunis ketika ia mengundurkan diri dari pos itu pada 2021.

"Dia akan tetap menjadi sekretaris pertama," kata Castro. "Untuk menjaga jalan agar tetap terbuka."

Alih-alih membagi kekuasaan dengan pejabat tinggi lainnya, Castro mengatakan kontrol negara pada akhirnya akan dikonsolidasikan di Díaz-Canel. Menurut Castro, presiden Kuba harus dibatasi untuk dua periode, masing-masing periode selama lima tahun. Itu merupakan sebuah gagasan baru di negara di mana saudaranya, Fidel, memerintah selama 50 tahun.

Sebagian menilai, dukungan Castro terhadap Díaz-Canel dinilai adalah indikasi yang jelas bahwa para anggota generasi yang lebih tua, yang berjuang dalam revolusi, menaruh harapan pada generasi muda untuk "mengemudikan" pemerintah melalui krisis ekonomi dan hubungan yang semakin erat dengan Amerika Serikat.

Transisi menandai berlalunya era Castro di Kuba, dari kaum revolusioner yang mengambil alih kekuasaan melalui senjata kepada generasi muda birokrat yang hanya pernah mengenal proyek sosialis Castro.

Meskipun Díaz-Canel telah menganjurkan membuka akses yang lebih besar ke internet dan mencari konsensus untuk berbagai faksi dalam masyarakat Kuba, namun ia memastikan akan terus menjaga semangat revolusi.

"Tidak ada yang akan melemahkan revolusi atau mengalahkan rakyat Kuba," kata Díaz-Canel. "Kuba tidak akan membuat konsesi yang menentang kedaulatan atau kemerdekaannya."

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Ekonomi jadi ujian terberat

Raul Castro mengambil alih tampuk kepemimpinan Kuba setelah sang kakak, Fidel Castro, mangkat pada 25 November 2016
Raul Castro mengambil alih tampuk kepemimpinan Kuba setelah sang kakak, Fidel Castro, mangkat pada 25 November 2016 (AP Photo/Ariana Cubillos, File)

Díaz-Canel yang merupakan insinyur listrik, lahir setahun setelah Fidel Castro mengambil alih kekuasaan. Tinggi dan beruban, ia dinilai seorang yang lembut, namun monoton dan terpaku pada naskah dalam setiap penampilan publik.

Presiden baru Kuba itu sempat jadi petinggi Partai Komunis untuk provinsi Villa Clara dan Holguín, di mana Fidel dan Raul Castro dilahirkan. Isu ekonomi dan hubungan dengan Amerika Serikat dinilai akan menjadi tantangan terberat bagi Díaz-Canel.

Dalam pidato 90 menit pada haru Kamis, Raul Castro merujuk pada ketegangan Kuba dan Amerika Serikat baru-baru ini. Ia mengkritik Wakil Presiden Mike Pence karena keluar saat Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez Parrilla berpidato di ajang KTT Amerika di Peru.

"Dia tidak bisa menerimanya dan pergi begitu saja," canda Castro.

Dan melalui Twitter, Pence membalas Castro.

"Hai Raul - sepertinya kamu yang pergi...," twit Pence. "Kami di sini berdiri dengan orang-orang Kuba. Dan kami tidak akan kemana-mana sampai Kuba memiliki pemilu yang bebas dan adil, tahanan politik dibebaskan & rakyat Kuba akhirnya bebas!"

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya