PBB: Pengungsi Rohingya Bersedia Pulang ke Myanmar, tapi...

Pengungsi Rohingya mengatakan kepada PBB bahwa mereka bersedia pulang ke Myanmar asalkan situasi aman dan diberi kewarganegaraan.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jul 2018, 11:01 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2018, 11:01 WIB
Salat Idul Fitri di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh (16/6) (AFP PHOTO)
Salat Idul Fitri di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh (16/6) (AFP PHOTO)

Liputan6.com, Cox's Bazaar - Pengungsi Rohingya mengatakan bahwa mereka bersedia pulang ke Myanmar asalkan situasi aman dan diberi hak kewarganegaraan. Demikian kata mereka kepada utusan PBB yang meninjau penampungan mereka di Bangladesh pekan ini, seperti diungkapkan badan tersebut dalam sebuah pernyataan pada Selasa, 17 Juli 2018.

Utusan PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, menemui pengungsi muslim Rohingya di Cox Bazar selama kunjungan tiga hari di Bangladesh. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (19/7/2018).

Kunjungan berlangsung hanya beberapa minggu setelah dia menggelar pembicaraan dengan para pemimpin Myanmar tentang krisis pengungsi itu.

"Burgener mendengar laporan dari pengungsi tentang kekejaman yang tidak dapat digambarkan yang terjadi di negara bagian Rakhine," menurut pernyataan PBB itu.

Di samping pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, pengungsi Rohingya mengatakan kepada Burgener tentang harapan mereka untuk bisa pulang jika keamanan untuk itu bisa dijamin dan mereka diberi kewarganegaraan.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bukti PBB atas Kekerasan terhadap Rohingya

Salat Idul Fitri di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh (16/6) (AFP PHOTO)
Salat Idul Fitri di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh (16/6) (AFP PHOTO)

Para pejabat urusan hak asasi manusia PBB telah mendokumentasikan semua tuduhan tentang pembantaian massal, pemerkosaan, dan penghancuran desa-desa oleh militer Myanmar. Namun, pemerintah Myanmar membantah hal tersebut.

Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis maupun PBB telah menyatakan operasi militer Myanmar itu sebagai pembersihan etnis.

Burgener mengatakan, Bangladesh membutuhkan banyak bantuan internasional untuk menangani pengungsi Rohingya dan mengatasi risiko tanah longsor akibat musim penghujan yang sejauh ini telah meminta korban 12 orang meninggal di dekat penampungan pengungsi itu.

Burgener akan menyampaikan laporan kunjungannya dalam sidang tertutup Dewan Keamanan PBB, Senin 23 Juli 2018.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya