Dianggap Mengancam Keselamatan Turis, Beruang Kutub Ditembak Mati

Karena dianggap mengancam keselamatan turis dan awak kapal pesiar Arktik, seekor beruang kutub akhirnya ditembak mati di tempat.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 30 Jul 2018, 15:03 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2018, 15:03 WIB
Beruang kutub
Ilustrasi beruang kutub di atas lapisan es. (Sumber iStockphoto)

Liputan6.com, Oslo - Seekor beruang kutub dilaporkan tewas ditembak mati, setelah sebelumnya menyerang kerumunan penumpang sebuah kapal pesiar Arktik, dan melukai salah seorang pemandu.

Beruang kutub itu ditembak mati oleh seorang petugas, yang berdalih melakukannya atas alasan "tindakan bela diri". Petugas itu juga berargumen bahwa beruang tersebut telah membuat rekannya --yang merupakan seorang pemandu-- terluka parah di bagian kepala.

Dikutip dari Independent.co.uk, Senin (30/7/2018), korban luka yang belum terungkap identitasnya itu langsung diterbangkan dengan helikopter ke kota terdekat, demi mendapat perawatan intensif. Demikian yang dijelaskan oleh perusahaan kapal pesiar asal Jerman, Hapag Llyod Cruises.

"Dia (korban luka) telah diterbangkan dengan segera untuk menjalani perawatan medis. Beruntung dia dipastikan dalam kondisi yang tidak mengancam keselamatan jiwa," ujar Negar Etminan, juru bicara perusahaan layar terkait.

Insiden pada Minggu siang, 29 Juli 2018 itu terjadi ketika penumpang kapal pesiar MS Bremen mendarat di pulau paling utara di kepulauan Svalbard, sebuah wilayah antara daratan Norwegia dan Kutub Utara, yang dikenal sebagai destinasi wisata gletser dengan habitat diisi oleh rusa dan beruang kutub.

Sementara itu, pariwisata di wilayah Arktik disebut telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Pertengahan tahun seperti saat ini merupakan masa-masa kunjungan tertinggi. Jadwal Pelabuhan Longyearbyen --pelabuhan dalam di utara lingkar arktik--menunjukkan bahwa 18 kapal pesiar dijadwalkan berlabuh pada minggu depan.

Dijelaskan Etminan, semua kapal pesiar yang melakukan perjalanan ke wilayah Kutub Utara diwajibkan memiliki pawang pemandu profesional, untuk berjaga-jaga dari kemungkinan serangan hewan-hewan liar setempat.

Serangan yang berujung pada ditembak matinya beruang kutub itu terjadi menyusul peringatan para ilmuwan tentang risiko kelaparan pada satwa lindung tersebut, akibat menyusutnya es laut seiring dampak perubahan iklim.

Para ilmuwan yang memantau aktivitas beruang kutub di kawasan Arktik mengatakan bahwa hewan tersebut kini terancam kehilangan pasokan makanan, yang membuat tingkat agresivitas mereka meningkat karena merasa terdesak.

Mencairnya es laut membuat beruang Kutub kehilangan peluang untuk berburu anjing laut, salah satu sumber pangan utamanya. Akibatnya, massa tubuh hewan berbulu putih itu diketahui rata-rata berkurang 1 persen dari total massa-nya setiap hari.

 

Simak video pilihan berikut: 

Beruang Kutub Terancam Sampah Plastik

Saking Panasnya, Begini Polah Beruang Kutub di Kebun Binatang
Seekor beruang kutub, Szeriy, menjilati balok es raksasa di Kebun Binatang dan Kebun Raya Budapest, Hungaria, 4 Agustus 2017. Gelombang panas ekstrem ini diperkirakan akan berlangsung hingga Rabu (9/8) pekan depan. (ATTILA KISBENEDEK/AFP)

Sementara itu, pada awal Juli, situs berita The Metro sempat melansir beberapa foto tentang dua ekor anak beruang kutub yang terlihat memainkan plastik, dan sesekali mencoba memasukkannya ke mulut.

Foto itu diambil oleh sekelompok peneliti di pantai dingin di Kepulauan Svalbard, Norwegia, yang menjadi rumah bagi para beruang kutub. Jumlah mereka di sana diperkirakan berbanding terbalik dengan populasi manusia

Meski terlihat menggemaskan ketika anak beruang kutub memainkan plastik, menurut peneliti, hal itu justru memberikan tamparan keras tentang bahaya limbah yang mengancam ekosistem Arktik.

Tim jelajah yang menamakan dirinya Blue Clipper itu menemukan sampah plastik pada hampir setiap pantai yang terisolasi di Svalbard. Menurut perkiraan, limbah berbahaya itu kemungkinan besar terbawa dari tempat yang jauh, dan kemudian terjebak di perairan kutub yang cenderung tenang.

Banyaknya sampah yang berakhir di wilayah terpencil tersebut, juga diyakini berdampak buruk pada eksistensi hewan liar, terutama tentang kesehatannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya