Liputan6.com, Seoul - Pemerintah Korea Selatan memperpanjang pengerahan dua pesawat kargo C-130 untuk membantu penanganan bencana gempa di Palu dan sekitarnya di Sulawesi Tengah hingga 26 Oktober 2018. Hal itu diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri Korea Selatan pada Rabu, 17 Oktober 2018.
Pesawat C-130 Hercules dikirim ke Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 untuk mendukung distribusi pasokan bantuan darurat. Misi mereka seharusnya berakhir pada Rabu, 17 Oktober 2018.
Namun, Seoul telah memutuskan untuk memperpanjangnya hingga 26 Oktober 2018 atas permintaan pemerintah Indonesia, menurut Kementerian Luar Negeri Korea Selatan seperti dikutip dari The Korea Herald, Kamis (18/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Dua pesawat itu telah menerbangkan rata-rata per hari 20 ton barang bantuan yang ditawarkan oleh komunitas internasional. Barang-barang itu meliputi air minum, tenda, peralatan medis dan generator darurat.
"Pemerintah mengharapkan perpanjangan periode misi pesawat kargo militer kami untuk membantu upaya penanganan bencana pemerintah Indonesia," kata kementerian itu.
Kolonel Angkatan Udara Korsel Jung Yeon-hak, yang bertanggung jawab atas operasi di Sulawesi Tengah, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa timnya akan terus melakukan yang terbaik untuk membantu mereka yang membutuhkan dalam kemitraan erat dengan negara asing lainnya, seperti Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru.
Â
Simak video pilihan berikut:
1.200 Rumah Sementara Korban Gempa Sulteng Dibangun Pekan Ini
Pada kabar lain, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus berupaya mempercepat penyediaan hunian bagi korban bencana di Sulawesi Tengah.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan jika pada pekan ini pihaknya sudah memulai pembangunan 1.200 unit hunian sementara (huntara) untuk para korban gempa bumi, tsunami, dan pencairan tanah (likuefaksi) di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala.
"Minggu ini harus sudah kerjakan. Karena sudah ditentukan oleh Wali Kota Palu. Kita menunjuk BUMN mereka kerjakan dulu," kata dia di Kemenko Maritim, Jakarta, Selasa 16 Oktober 2018.
Terkait total kebutuhan anggaran untuk membangun 1.200 huntara tersebut akan diperhitungkan setelah pembangunan. Hasil penghitungan akan disampaikan langsung ke Kementerian Keuangan.
"Belum dihitung. Kita kerjakan dulu anggarannya nanti kita hitung persis, baru kita ajukan ke Menteri keuangan," dia menandaskan.
Sebanyak 1.200 unit huntara dapat menampung 14.400 keluarga. Adapun tiga lokasi yang menjadi kandidat untuk relokasi permukiman warga, yakni Kelurahan Duyu, Tondo dan Pombewe.
Sementara itu, lokasi-lokasi huntara antara lain berada di Kelurahan Duyu, Petobo dan Pengawu, Lapangan Sepak Bola Kelurahan Silae, Tipo, Tipo A, Lapangan Kelurahan Buluri, Watusampu, dan Kawatuna.
Huntara yang dibangun dengan model knockdown berukuran 12 x 26,4 meter persegi, dibagi menjadi 12 bilik di mana setiap biliknya akan dihuni oleh satu keluarga. Sebanyak 1.200 unit huntara yang akan dibangun merupakan tahap pertama sambil menunggu perkembangan data pengungsi yang membutuhkan.
"Minggu ini kami targetkan sudah ada satu unit mockup huntara sehingga bisa menjadi contoh dalam pembangunan huntara selanjutnya. Pembangunan huntara akan dilakukan oleh kontraktor dan insyaallah mulai dihuni secara bertahap pada pekan berikutnya dengan target selesai seluruhnya dalam dua bulan ke depan," jelas Ketua Satgas Penanggulangan Bencana Sulawesi Tengah Kementerian PUPR, Arie Setiadi Murwanto.
Advertisement