Negosiasi Perang Dagang Berjalan Alot, China Minta AS Tak Terlalu Menuntut

Delegasi dari China dan AS sedang melakukan negosiasi alot soal perang dagang.

diperbarui 11 Jan 2019, 08:31 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2019, 08:31 WIB
Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)
Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)

Beijing - Harian Partai Komunis China, Global Times menulis, pemerintahan Donald Trump sedang menghadapi China yang kian menguat dan bisa memenuhi sendiri kebutuhan mendesak negara. Amerika Serikat tidak bisa mendesak China terlalu jauh dan harus menghindari situasi yang "berada di luar kendali."

Negosiasi kedua negara dimulai sejak hari Senin, 7 Januari 2019 di Beijing. Kedua negara ini membahas hubungan dagang yang saat ini ditandai dengan perang tarif.

Ketegangan ekonomi antara Negeri Paman Sam dan Negeri Tirai Bambu dikhawatirkan bisa menghambat perekonomian global. Sampai kini, belum ada tanda bahwa kedua pihak mengubah pendiriannya.

Presiden AS, Donald Trump, mulai melancarkan perang dagang pada Juli 2018 dengan menaikkan tarif impor barang yang berasal dari China. Ia berkilah, China telah mencuri hasil-hasil inovasi atau menekan perusahaan AS yang berada di China untuk menyerahkan teknologi canggihnya.

Presiden China, Xi Jinping, kemudian melakukan langkah balasan dengan mengenakan tarif impor atas produk-produk AS.

Namun, Trump dan Xi pada 1 Desember 2018 sepakat menunda kenaikan tarif impor babak kedua selama 90 hari untuk melakukan negosiasi. Tetapi para ekonom mengatakan bahwa terlalu sedikit waktu untuk menyelesaikan masalah yang telah mengganggu hubungan AS-China selama bertahun-tahun.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

AS Desak Perubahan Kebijakan Ekspansi Teknologi

Presiden AS Donald Trump didampingi Presiden China Xi Jinping saat upacara penyambutannya di Beijing
Presiden AS Donald Trump didampingi Presiden China Xi Jinping saat upacara penyambutannya di Beijing (AP Photo/Andrew Harnik)

Washington mendesak Beijing untuk mengubah kebijakannya dalam sektor teknologi, termasuk rencana membentuk perusahaan-perusahaan unggulan yang disubsidi dalam bidang robotika dan lain-lain. Eropa, Jepang dan mitra dagang AS mendukung keluhan AS bahwa China terlalu menutup pasarnya untuk perusahaan asing.

Para pejabat Tiongkok menyatakan akan meninjau kembali rencana pengembangan industrinya, namun menolak tekanan dari luar negeri agar mereka meninggalkan strategi teknologinya.

Para pemimpin perusahaan China melihat keunggulan di bidang teknologi sebagai salah satu kunci menuju kemakmuran dan mengukuhkan pengaruh global yang lebih besar.

Di satu sisi, AS dan China melakukan negosiasi perdagangan, meskipun masih ada ketegangan politik sehubungan dengan penangkapan pejabat tinggi perusahaan Huawei di Kanada atas permintaan AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya