Liputan6.com, Brisbane - Perusahaan ternak terkemuka di Australia memperingatkan tentang "kerugian ekstrem" akibat banjir besar yang melanda wilayah timur laut negara itu.
Setelah lebih dari lima tahun dilanda kekeringan, hujan lebat selama hampir dua pekan mengubah tanah yang berdebu dan kering di negara bagian Queensland, menjadi area lumpur luas yang merintangi mobilitas ternak.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari The Straits Times pada Selasa (12/2/2019), Australian Agricultural Company Ltd (AACo) mengatakan bahwa empat properti bisnisnya terdampak sangat parah, setelah banjir langka melanda wilayah timur Australia, dan masih akan diikuti oleh hujan deras lebih dari sepekan ke depan.
Penilaian lebih jelas terhadap kerugian yang dialami, menurut AACo, akan benar-benar terlihat ketika air surut, di mana hal itu diakuinya akan sangat berdampak pada penurunan pendapatan secara signifikan.
"Kami berpikir bahwa ada lebih dari 300.000 ekor sapi yang telah hilang, tenggelam atau hanyut akibat banjir di Queensland," kata Gorgie Somerset dari kelompok lobi pertanian Australia, AgForce.
"Namun, lebih dari itu, masih ada lebih banyak sapi-sapi lainnya yang terpaksa berebutan makanan akibat pasokan jerami yang terhanyut banjir," tambahnya.
Simak video pilihan berikut:
Curah Hujan Seminggu dalam Sepekan
Sekitar setengah dari 25 juta ekor ternak pedaging Australia dikembangbiakkan di negara bagian Queensland, di mana diperkirakan satu dari 40 hewan mati akibat bencana banjir.
Biro cuaca Australia memperingatkan pada hari Selasa, bahwa sungai terpanjang di Queensland tengah "mengalami banjir paling signifikan dalam setidaknya 50 tahun terakhir".
"Banjir besar akan berlanjut di sepanjang bagian hilir Sungai Flinders hingga pekan depan," ujar Somerset.
Sementara itu, bagian utara Australia yang beriklim tropis biasanya mengalami hujan lebat selama musim penghujan.
Tetapi kali ini, beberapa daerah mendapat curah hujan setahun hanya dalam waktu sepekan, sehingga memicu banjir dalam skala area yang luas.
Advertisement