Liputan6.com, Hanoi - Gedung Putih melarang wartawan yang mengajukan pertanyaan bersifat "sensitif" untuk meliput makan malam antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Beberapa wartawan AS bertanya kepada Donald Trump tentang kesaksian mantan pengacaranya, Michael Cohen, dalam jumpa pers bersama dengan Kim Jong-un pada Rabu 27 Februari.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari ABC.net.au pada Kamis (28/2/2019), Trump tidak menjawabnya. Namun, kurang dari satu jam kemudian, pihak Gedung Putih melarang beberapa wartawan untuk menghadiri jamuan makan malam bersama Kim.
Juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, beralasan bahwa pembatasan jumlah jurnalis untuk meliput jamuan makan malam, dikarenakan "sensitivitas terhadap pertanyaan yang diajukan kepada presiden AS".
Selama pertemuan awal antara kedua pemimin negara, koresponden kantor berita Reuters Jeff Mason dan reporter Associated Press (AP) Jonathan Lemire bertanya kepada Donald Trump, bagaimana komitmen terhadap denuklirisasi, dan apakah dia berharap untuk mengakhiri Perang Korea.
Trump hanya menjawab: "Kita lihat nanti".
Jurnalis AP kemudian bertanya tentang kesaksian mantan pengacara Trump, Michael Cohen, di Kongres AS, yang telah menyebutnya sebagai presiden rasis, curang, dan penipu.
Donald Trump dilaporkan menunjukkan ekspresi muka masam dan menggelengkan kepalanya, menolak menjawab pertanyaan tersebut.
Simak video pilihan berikut:
Memastikan Seluruh Elemen Media Diizinkan Meliput
Dalam sebuah pernyataan tertulis, Sarah Sanders mengatakan: "Karena terkait sensitivitas, kami membatasi jumlah jurnalis yang meliput jamuan makan malam menjadi kelompok lebih kecil."
Meski begitu, Sanders memastikan bahwa masing-masing perwakilan dari fotografer, televisi, radio, dan media diizinkan masuk untuk meliput.
Kebijakan itu langsung menuai kritik luas dari kalangan pers, yang mengaku "sangat bermasalah" dengan pengecualian tersebut.
Juru bicara AS, Lauren Easton, menambahkan: "Sangat penting bahwa setiap presiden menegakkan standar kebebasan pers Amerika, tidak hanya di dalam negeri tetapi terutama saat melakukan perjalanan ke luar negeri."
Advertisement