Ilmuwan: Darah Komodo Ampuh Melawan Bakteri Superbugs pada Manusia

Para ilmuwan menemukan bukti bahwa senyawa pada darah komodo dapat menjadi obat ampuh melawan bakteri superbugs pada manusia.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 28 Mar 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2019, 21:00 WIB
Percaya Keberadaan Naga? Inilah 9 Naga di Dunia Nyata
Komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2 sampai 3 m. (AFP)

Liputan6.com, Washington DC - Komodo, kadal terbesar di dunia, tentu bukanlah hewan yang ingin Anda temui di lorong gelap — atau di mana pun tempatnya.

Mereka bisa tumbuh sepanjang 10 kaki (sekitar 3,1 meter) dan, meskipun memiliki rahang yang lebih lemah daripada kucing, komodo bisa membunuh apa pun dengan gigitannya.

Dikutip dari Quartz.com pada Kamis (28/3/2019), gigitan komodo menyuntikkan racun berbahaya dari ludahnya, yang seketika bisa membekukan darah.

Tapi, mungkin Anda bertanya, mengapa komodo masih hidup ketika sesama mereka sering saling menggigit?

Jawabannya terdapat pada darah mereka. Para peneliti dari George Mason University di negara bagian Virginia, Amerika Serikat (AS), menemukan 48 senyawa mirip protein terpisah dalam darah komodo, yang berkhasiat menangkal bakteri.

Dalam tes laboratorium, delapan di antaranya mampu melawan tekanan (strain) bakteri yang sering menyebabkan infeksi di rumah sakit. Temuan itu menunjukkan bahwa darah komodo dapat menjadi sumber inspirasi bagi antibiotik masa depan bagi manusia.

Hasil termuan tersebut diterbitkan pada Februari lalu di The Journal of Proteome Research.

Senyawa yang Serupa pada Hewan dan Manusia

Sebagian besar makhluk bernyawa (termasuk manusia) memiliki senyawa, yang disebut peptida antimikroba kationik, yang mengambang di dalam darah sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.

Bahkan ketika kita tidak merasa sakit, senyawa ini memukul balik mikroba yang berpotensi berbahaya.

Ketika jatuh sakit akibat bakteri, kita membutuhkan bantuan tambahan dari antibiotik.

Tetapi, sejak manusia mulai menggunakan antibiotik seperti penisilin sekitar dekade 1930-an, bakteri telah berevolusi mengembangkan trik-trik baru untuk melakukan tipuan.

Sekarang, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap 12 dari jenis anomali bakteri yang disebut superbugs ini sebagai ancaman utama bagi kesehatan manusia.

 

Simak video pilihan berikut:

Berhasil Melewati Tujuh Kasus Percobaan

6 Hewan Purba yang Masih Hidup di Indonesia
Komodo diperkirakan telah hidup sejak 40-25 juta tahun yang lalu. Komodo dapat ditemukan di Pulau Komodo dan pulau-pulau kecil di sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur. (AFP Photo/ Juni Kriswanto)

Karena resistensi nyata komodo terhadap bakteri beracun mereka sendiri, para ilmuwan mengira "naga darat" ini mungkin menjadi sumber inspirasi yang baik.

Tim ilmuwan terkait mengidentifikasi peptida antimikroba pada komodo, dan kemudian mengisolasi delapan yang tampak seperti perlawanan terhadap patogen yang membuat orang sakit.

Mereka mengekspos delapan bahan kimia ini pada dua jenis bakteri, yakni Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus, yang keduanya dapat menyebabkan infeksi resisten.

Dalam tujuh kasus, peptida membunuh sebagian besar kedua jenis bakteri, dan hanya percobaan kedelapan yang tidak bisa sepenuhnya membunuh.

Para ilmuwan masih perlu mencari cara bagaimana membuat antibiotik dari senyawa ini, tetapi fakta bahwa mereka mampu menjaga komodo tetap hidup sejak era purba, menunjukkan bahwa hal tersebut mungkin layak dicoba.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya