Liputan6.com, Kolombo - Menteri Pertahanan Sri Lanka mengatakan salah satu pelaku bom bunuh diri pada Minggu, 21 April 2019 pernah bersekolah di Inggris dan Australia. Saat menjadi mahasiswa, tersangka diduga tersusupi pemikiran ISIS.
"Kami percaya bahwa salah satu pelaku bom bunuh diri belajar di Inggris dan kemudian melakukan [studi] pascasarjana di Australia sebelum kembali dan menetap di Sri Lanka," kata Ruwan Wijewardene, menteri pertahanan negara bagian, pada jumpa pers media pada Rabu sore (24/4/2019), dikutip dari The Guardian.
Advertisement
Baca Juga
Wijiwardene melanjutkan bahwa banyak dari para bomber memiliki koneksi internasional karena telah tinggal atau belajar di luar negeri.
"Kelompok pengebom ini, kebanyakan dari mereka berpendidikan tinggi dan berasal dari kelas menengah ke atas, sehingga mereka secara finansial cukup mandiri dan keluarga mereka cukup stabil secara finansial, itu merupakan faktor yang mengkhawatirkan dalam hal ini," tutur Wijiwardene.
"Beberapa dari mereka saya pikir belajar di beberapa negara lain, memiliki gelar LLM -master hukum-, mereka adalah orang-orang yang cukup berpendidikan," lanjutnya.
Sejauh ini, korban tewas akibat delapan ledakan beruntun yang menghantam Sri Lanka pada Minggu Paskah, mencapai 359 orang dengan 500 lainnya luka-luka.
Satu Pelaku Seorang Wanita
Sementara itu seorang lagi pelaku bom diketahui berjenis kelamin perempuan, kata wakil Menteri Pertahanan Wijewardene kepada wartawan pada Rabu siang, mengutip the Straits Times.
Kesembilan bomber melancarkan serangan di delapan tempat, yakni tiga gereja, empat hotel mewah, dan satu rumah warga. Sejauh ini korban tewas tercatat 359, dengan 500 orang lainnya luka-luka.
Insiden ledakan di sejumlah gereja itu terjadi saat para jemaat tengah khusyuk menunggu misa. Bom kemudian meledak pertama kali pada 08.45 di St. Anthony dan St. Sebastian. Ledakan kembali terjadi di Gereja Kota Batticaloa, pada pukul 09.05 bersamaan dengan sejumlah hotel.
Minggu siang, pukul 14.00 waktu setempat bom kembali meledak disusul dengan ledakan kedelapan 30 menit kemudian.
Saat ini, otoritas Sri Lanka telah menahan 58 orang yang dianggap terlibat serangan itu. 18 di antaranya berhasil ditangkap pada Selasa malam, 23 April 2019. Polisi mengatakan pada Rabu bahwa mereka mengendalikan ledakan dari motor trail yang mencurigakan, diparkir di dekat bioskop Savoy di ibu kota Sri Lanka, Kolombo. Tidak ada bahan peledak di dalam kendaraan.
Sebagian dari mereka diringkus dalam operasi yang menargetkan daerah-daerah dekat Gereja St. Sebastian di Negombo, utara ibu kota, menurut juru bicara kepolisian. Sejumlah tersangka lain berhasil ditahan di Sri Lanka barat, tempat kerusuhan terjadi pada 2014 lalu.
"Operasi pencarian sedang terjadi di mana-mana, ada pengecekan ketat wilayah Muslim," kata sumber keamanan.
Advertisement
2 Lainnya Anak Politikus Kaya Raya
Sementara itu, dua dari pelaku bom bunuh diri disebutkan sebagai putra pengusaha rempah-rempah, jutawan sekaligus politikus bernama Mohammed Yusuf Ibrahim.
Sumber-sumber intelijen India mengatakan kepada Firstpost bahwa keduanya merupakan kakak beradik. Satu terduga pelaku bernama Imsath Ahmed Ibrahim berusia 33 tahun. Sedangkan yang lain adalah Ilham Ahmed Ibrahim 31 tahun, mengutip News18.
Keduanya diduga telah melakukan ledakan di hotel-hotel mewah Sri Lanka, yakni Cinnamon Grand dan Shangri-La di ibu kota Kolombo.
Kedua tersangka itu diyakini telah memasuki ruang makan prasmanan di hotel dengan tas-tas identik berisi bahan peledak, yang diledakkan pada waktu yang hampir bersamaan, sumber tersebut menambahkan.
Polisi Kolombo telah menginterogasi Yusuf Ibrahim dan putra ketiganya Ijas Ahmed Ibrahim yang berusia 30 tahun.
Yusuf Ibrahim adalah seorang yang berpengaruh di Partai Janatha Vimukthi Peramuna yang berhaluan condong ke Kiri. Ia berteman dekat dengan menteri untuk industri dan perdagangan Rishath Bathiudeen dan terlihat di banyak resepsi pemimpin oposisi Sri Lanka, Mahinda Rajapaksa.
Simak pula video pilihan berikut: