Liputan6.com, Kolombo - Kepolisian Sri Lanka telah mengumumkan bahwa ada sembilan orang yang melakukan serangan bom bunuh diri pada Minggu Paskah, 21 April 2019.
Satu dari terduga pelaku teridentifikasi berjenis kelamin perempuan, kata wakil Menteri Pertahanan Wijewardene kepada wartawan pada Rabu siang, mengutip the Straits Times pada Rabu (24/4/2019).
Advertisement
Baca Juga
Kesembilan bomber melancarkan serangan di delapan tempat, yakni tiga gereja, empat hotel mewah, dan satu rumah warga. Sejauh ini korban tewas tercatat 359, dengan 500 orang lainnya luka-luka.
Insiden ledakan di sejumlah gereja itu terjadi saat para jemaat tengah khusyuk menunggu misa. Bom kemudian meledak pertama kali pada 08.45 di St. Anthony dan St. Sebastian. Ledakan kembali terjadi di Gereja Kota Batticaloa, pada pukul 09.05 bersamaan dengan sejumlah hotel.
Minggu siang, pukul 14.00 waktu setempat bom kembali meledak disusul dengan ledakan kedelapan 30 menit kemudian.
Saat ini, otoritas Sri Lanka telah menahan 58 orang yang dianggap terlibat serangan itu. 18 di antaranya berhasil ditangkap pada Selasa malam, 23 April 2019.
Polisi mengatakan pada Rabu bahwa mereka mengendalikan ledakan dari motor trail yang mencurigakan, diparkir di dekat bioskop Savoy di ibu kota Sri Lanka, Kolombo. Tidak ada bahan peledak di dalam kendaraan, kata polisi.
Sebagian dari mereka diringkus dalam operasi yang menargetkan daerah-daerah dekat Gereja St. Sebastian di Negombo, utara ibu kota, menurut juru bicara kepolisian. Sejumlah tersangka lain berhasil ditahan di Sri Lanka barat, tempat kerusuhan terjadi pada 2014 lalu.
"Operasi pencarian sedang terjadi di mana-mana, ada pengecekan ketat wilayah Muslim," kata sumber keamanan.
2 Bomber Lain Anak Politikus
Sementara itu, dua dari tujuh terduga pelaku bom bunuh diri yang bertanggung jawab atas delapan serangan beruntun yang terjadi di Sri Lanka pada Minggu, 21 April 2019 telah diidentifikasi. Mereka disebutkan sebagai putra pengusaha rempah-rempah, jutawan sekaligus politikus, Mohammed Yusuf Ibrahim.
Sumber-sumber intelijen India mengatakan kepada Firstpost bahwa keduanya merupakan kakak beradik. Satu terduga pelaku bernama Imsath Ahmed Ibrahim berusia 33 tahun. Sedangkan yang lain adalah Ilham Ahmed Ibrahim 31 tahun, mengutip News18.
Keduanya diduga telah melakukan ledakan di hotel-hotel mewah Sri Lanka, yakni Cinnamon Grand dan Shangri-La di ibu kota Kolombo.
Kedua tersangka itu diyakini telah memasuki ruang makan prasmanan di hotel dengan tas-tas identik berisi bahan peledak, yang diledakkan pada waktu yang hampir bersamaan, sumber tersebut menambahkan.
Polisi Kolombo telah menginterogasi Yusuf Ibrahim dan putra ketiganya Ijas Ahmed Ibrahim yang berusia 30 tahun.
Yusuf Ibrahim adalah seorang yang berpengaruh di Partai Janatha Vimukthi Peramuna yang berhaluan condong ke Kiri. Ia berteman dekat dengan menteri untuk industri dan perdagangan Rishath Bathiudeen dan terlihat di banyak resepsi pemimpin oposisi Sri Lanka, Mahinda Rajapaksa.
Advertisement
ISIS Mengklaim Jadi Dalang Serangan
Sebelumnya, ISIS dikabarkan mengklaim sebagai dalang teror bom bunuh diri beruntun di Sri Lanka yang terjadi pada Minggu 21 April 2019.
Klaim itu dibuat pada Selasa 23 April 2019 --dua hari usai peristiwa-- melalui corong media ISIS, Amaq.
Namun, kelompok itu tidak memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaim mereka. Dan seperti pada berbagai serangan teroris sebelumnya, klaim ISIS kerap bersifat oportunistik untuk mencari sorotan semata.
Amerika sedang mencoba mencari tahu seberapa terlibat ISIS dalam memfasilitasi serangan, termasuk apakah para operator ISIS menyediakan perencanaan, pembiayaan, peralatan untuk membuat bom, dan apakah mereka bertemu langsung dengan para penyerang Sri Lanka.
"Kami masih mencari kemungkinan koneksi dan seberapa dalam," kata pejabat AS.
Sementara itu sebelumnya, pejabat Amerika Serikat lain yang berbicara dalam kondisi anonimitas menyatakan, dalang teror bom beruntun Sri Lanka diduga kuat terinspirasi ISIS.
"Indikasi intelijen awal adalah bahwa kelompok yang bertanggung jawab atas serangan di Sri Lanka terinspirasi oleh ISIS," kata seorang pejabat AS kepada koresponden CNN untuk Pentagon, dilansir pada hari Selasa.