4 Jasad Pendaki dan 11 Ton Sampah, Hasil Bersih-Bersih Gunung Everest

Sebanyak 11 ton sampah dan 4 jasad pendaki ditemukan oleh otoritas Nepal yang tengah melakukan operasi pembersihan Gunung Everest.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 06 Jun 2019, 14:34 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2019, 14:34 WIB
Anggota tim ekspedisi pembersihan Gunung Everest sedang mengumpulkan sampah yang ditinggalkan pendaki (AFP/Namgyal Sherpa)
Anggota tim ekspedisi pembersihan Gunung Everest sedang mengumpulkan sampah yang ditinggalkan pendaki (AFP/Namgyal Sherpa)

Liputan6.com, Kathmandu - Ekspedisi pembersihan Gunung Everest oleh pemerintah Nepal telah berhasil mengangkut turun 11 ton sampah dan 4 jasad pendaki, kata para pejabat setempat pada Rabu 5 Juni.

Tim ekspedisi yang kembali dari gunung setinggi 8.850 meter itu mengatakan sebagian besar lerengnya dipenuhi kotoran manusia, botol bekas oksigen, robekan tenda, tali, kantong plastik, dan masih banyak lainnya.

Dikutip dari Al Jazeera pada Kamis (6/6/2019), pejabat setempat menilai temuan tersebut sebagai hal memalukan bagi sebuah negara yang mendapat pemasukan besar dari pendakian Gunung Everest.

Sebagian dari sampah tersebut diterbangkan ke ibu kota Kathmandu untuk diserahkan kepada pihak pendaur ulang pada hari Rabu, yang sekaligus mengakhiri ekspedisi pembersihan tersebut.

Para pejabat menyebutnya sebagai misi yang sukses, meski diakui oleh mereka, masih banyak sampah yang harus dikumpulkan di sepanjang area pendakian Gunung Everest. Beberapa di antaranya tertutup salju dan hanya terkuak ketika suhu udara meningkat.

Otoritas Nepal belum dapat memperkirakan dengan tepat berapa banyak sampah yang tersisa di Gunung Everest. Sebagian besar ditemukan di Kamp 2 dan 3, di mana kerap menjadi tempat pendaki beristirahat di antara base camp dan puncak.

Jenazah Seringkali Sulit Diangkut Turun

Gunung Himalaya
Pemandangan Gunung Himalaya Gunung Thamserku (ketinggian 6618 meter) dari desa Khumjung di wilayah Everest, sekitar 140km timur laut Kathmandu (16/4). (AFP Photo/Prakash Mathema)

Sebuah tim pembersihan yang terdiri dari 20 pendaki Sherpa mengumpulkan lima ton sampah pada bulan April dan Mei dari berbagai lokasi kamp, dan enam ton lainnya dari area di bawahnya, kata Dandu Raj Ghimire, Direktur Jenderal Departemen Pariwisata Nepal.

"Sayangnya, beberapa sampah yang dikumpulkan dalam tas di South Col --jalur pendakian selatan-- tidak dapat diturunkan karena cuaca buruk," kata Ghimire dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu.

Adapun empat jenazah yang ikut dibawa turun, ditemukan secara tidak sengaja ketika salju mencair, tidak jauh di atas base camp.

Keempat jenazah tersebut kemudian diterbangkan ke rumah sakit di Kathmandu untuk proses identifikasi, kata Ghimire.

Ditambahkan olehnya, bahwa pendaki yang berjuang untuk turun gunung kesulitan membawa jasad rekan setimnya yang meninggal, sehingga kerap kali terpaksa ditinggalkan di sepanjang jalur pendakian.

Lebih dari 300 Pendaki Tewas di Gunung Everest

Puncak Everest
Puncak Everest atau Mount Everest di pegunungan Himalaya. (AFP)

Belum lama ini, tepatnya pada bulan Mei, sebanyak sembilan pendaki tewas di lereng Everest yang berada di wilayah Nepal. Sementara dua lainnya, sama-sama ditemukan tidak bernyawa di lereng sisi Tibet.

Kedua insiden tersebut menjadikan pertengahan tahun ini sebagai musim pendakian Gunung Everest yang mematikan sejak 2015.

Lebih dari 300 orang pendaki telah tewas di Everest sejak pertama kali ditaklukkan pada 1953 silam. Tidak jelas berapa banyak jenazah yang masih raib di jalur pendakian, dan para pejabat lokal mengatakan mereka tidak memiliki catatan.

Ratusan pendaki, bersama pemandu serta kuli panggul mereka, menghabiskan berminggu-minggu di Everest setiap musim semi, yang menjadi waktu pendakian terbaik.

Di waktu-waktu tersebut, sebuah area berkemah rutin dibuka pada ketinggian 5.300 meter di atas permukaan laut, yang biasanya bertahan selama-lamanya hingga tiga bulan, antara maret hingga Mei.

Tahun ini, Nepal mengeluarkan 381 izin mendaki Gunung Everest, yang masing-masing berbiaya US$ 11.000 (sekitar Rp 156 juta), di mana hal itu menjadi sumber pendapatan penting bagi negara yang tengah kekurangan uang tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya