Semua Misi Apollo Tidak Punya Toilet, Begini Cara Astronaut Buang Air Besar

Tak satupun misi Apollo yang dibekali toilet, ini cara astronaut buang air besar.

oleh Afra Augesti diperbarui 15 Jul 2019, 16:04 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2019, 16:04 WIB
Misi Apollo 11 di permukaa Bulan
Misi Apollo 11 di permukaa Bulan (NASA)

Liputan6.com, California - Dua astronaut NASA, Neil Armstrong dan Buzz Aldrin, adalah manusia pertama yang berhasil menginjakkan kakinya di tanah Bulan. Mereka mendarat di satelit alami Bumi menggunakan misi Apollo 11 pada 50 tahun lalu, yaitu 20 Juli 2019.

Ketika para insinyur NASA sibuk mempersiapkan cara agar pendaratan di Bulan berhasil, namun di satu sisi mereka melupakan satu hal penting yang bahkan tidak pernah terbesit di benak mereka: toilet.

Para ilmuwan ini tidak mendesain toilet untuk seluruh misi Apollo yang dijalankan antara tahun 1960an dan 1970an. Faktanya, toilet pertama tidak diinstal pada sebuah pesawat ruang angkasa Amerika Serikat sampai pada tahun 1980an.

Secara teknis, sebuah toilet sebenarnya sudah dipasang di Skylab stasiun angkasa luar pada 1970an, namun itu adalah toilet yang aneh karena tampak seperti lubang di dinding. Sedangkan para astronaut harus mengeringkan kotoran mereka di kompartemen khusus.

"Buang air besar dan buang air kecil telah menjadi aspek yang mengganggu perjalanan antariksa sejak awal penerbangan pesawat ulang-alik berawak," tulis laporan resmi NASA mengenai misi angkasa luar Apollo, seperti dikutip dari Science Alert, Senin (15/7/2019).

Selama misi Apollo 11, seperti halnya semua misi Apollo lainnya, para astronaut harus bergulat dengan baggie (sebuah kantong plastik yang biasanya digunakan untuk menyimpan makanan) yang busuk agar dapat buang air besar. Inilah proses yang disyaratkan.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

BAB di Tas Khusus

Kantong BAB Astronaut
Pada misi Apollo, para astronaut kencing di tempat khusus ini. (NASA)

Untuk buang air kecil, para antariksawan menggunakan apa yang pada dasarnya tampak seperti sebuah kondom (yang mereka ganti setiap hari), yang dihubungkan ke sebuah ransel dengan selang pendek.

Namun sayangnya, tidak ada satu pun sistem yang didesain ramah terhadap wanita, karena sebagian besar astronaut Apollo yang mengudara ke antariksa adalah pria. Dengan banyaknya kekurangan tersebut, maka kebocoran masih sering terjadi. Prosedur untuk mengatasi kotoran manusia di ruang hampa tidak pernah berjalan lebih baik.

"Dengan tidak adanya sistem yang menyediakan sarana yang tepat untuk memproses kotoran astronaut, maka sistem yang sangat mendasar harus diandalkan untuk pengumpulan kotoran dalam penerbangan," kata laporan NASA.

"Perangkat yang digunakan adalah kantong plastik yang ditempel di pantat untuk menampung kotoran," lanjut badan antariksa AS itu.

Alat tersebut dinamakan faecal bag lengkap dengan kompartemen untuk menempatkan kertas toilet dan penutup seukuran jari, sehingga tangan para astronaut dapat tetap bersih ketika menempelkan tas di bokong mereka.

Meski demikian, benda itu tidak mudah untuk digunakan. Bukanlah sesuatu yang gampang untuk memposisikan tas dengan pas yang punya tutup kecil di bagian belakang pakaian astronaut. Satu antariksawan Apollo memperkirakan bahwa seluruh proses BAB di ruang angkasa membutuhkan waktu sekitar 45 menit.

Selama misi Apollo 10 pada Mei 1969, astronaut Tom Stafford sempat panik saat BAB di pesawat ulang-alik yang membawanya ke ruang angkasa. Ia sampai membunyikan peringatan: "Bawakan aku serbet, cepat! Ada kotoran yang mengambang," katanya, menurut salah satu transkrip NASA.

NASA bersikeras bahwa para astronaut membawa kembali semua feses mereka untuk diperiksa di Bumi. Jadi setelah para astronaut Apollo selesai melakukan BAB, mereka harus menyegel tas mereka dan 'menguleni' wadah itu.

Kantung kotoran itu digulung ke dalam bentuk silinder sekecil mungkin dan disimpan untuk melakukan dikirim balik ke Bumi. Selain itu, laporan tersebut juga mencatat bahwa bau tak sedap dari kotoran ini terus-menerus muncul.

"Secara umum, sistem pengelolaan limbah Apollo bekerja dengan memuaskan, dari sudut pandang teknik. Namun, dari sudut pandang penerimaan kru, sistem tersebut diberi nilai buruk," demikian laporan Apollo.

Karena BAB di ruang angkasa adalah tugas yang begitu kotor, memakan waktu, dan bau, para astronaut sering menggunakan obat pencahar sebelum terbang dan kadang-kadang mengandalkan obat-obatan yang membuat usus mereka mengolah makanan lebih lambat.

Pakai Popok Saat di Bulan

Ilustrasi pendaratan Bulan. Pete Conrad , komandan Apollo 12 , berdiri di sebelah Surveyor 3 pendarat (Wikimedia Commons)
Ilustrasi pendaratan Bulan. Pete Conrad , komandan Apollo 12 , berdiri di sebelah Surveyor 3 pendarat (Wikimedia Commons)

Astronaut tidak dapat menggunakan sistem tas itu untuk menyimpan kotoran mereka saat mengenakan kostum angkasa luar di permukaan Bulan. Jadi ketika para astronaut Apollo meninggalkan pesawat ruang angkasa mereka, mereka mengenakan "sistem penahanan kotoran," yang pada dasarnya adalah popok.

Tidak jelas apakah Aldrin dan Armstrong pernah menerapkan cara ini dalam 21 jam dan 36 menit saat ada di Bulan, tetapi Buzz mengaku bahwa ia adalah manusia pertama yang pernah mengencingi benda langit lainnya.

"Sangat sepi di luar sana," katanya kepada orang banyak di Newseum pada peringatan 40 tahun pendaratan di Bulan. "Aku pipis di celanaku," kenangnya sembari diikuti tawa para hadirin.

Plakat yang ditinggalkan oleh Aldrin dan Armstrong di Bulan pada 50 tahun lalu, sebagian berbunyi: "Di sini, orang-orang dari planet Bumi pertama kali menginjakkan kakinya pada Juli 1969."

Plang itu tidak menyebutkan bahwa mereka berdua mengenakan popok ketika mereka menapakkan kaki di Bulan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya