Idul Adha, Libya Mengimpor 350.000 Domba untuk Kurban

Libya telah mengimpor 350.000 domba untuk kurban, mayoritas dari Spanyol.

oleh Siti Khotimah diperbarui 11 Agu 2019, 08:03 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2019, 08:03 WIB
Pasar Hewan Kurban di Kuwait
Pedagang menunggu pembeli hewan kurban menjelang Idul Adha di sebuah pasar ternak di Kuwait pada 5 Agustus 2019. Umat Islam di seluruh dunia akan merayakan Idul Adha yang identik dengan tradisi berkurban dengan hewan seperti kambing, domba, unta, sapi dan kerbau. (Yasser Al-Zayyat/AFP)

Liputan6.com, Tripoli - Sehubungan dengan Idul Adha, Libya mengimpor 350.000 domba untuk kurban. Hal itu disampaikan oleh Pusat Kesehatan Hewan Nasional Libya pada Jumat, 9 Agustus 2019 waktu setempat.

"Semua domba yang diimpor dalam kondisi kesehatan yang baik," Zakaria al-Khatali, direktur Jenderal Pusat, mengatakan kepada Xinhua dikutip Sabtu (10/8/2019).

Sebagian besar domba yang akan disembelih saat Idul Adha, yakni 90 persen dari keseluruhan, berasal dari Spanyol, kata al-Khatali.

Idul Adha adalah salah satu hari libur keagamaan yang dirayakan di seluruh dunia setiap tahun. Umat muslim biasnya memotong hewan kurban seperti kambing, domba, atau sapi.

Perayaan Idul Adha di Libya tahun ini dibayangi kekhawatiran adanya serangan. Pasalnya, ibu kota negara, Tripoli telah menjadi medan konflik bersenjata yang mematikan antara pasukan pemerintah yang didukung PBB dan tentara yang berbasis di timur.

Simak pula video pilihan berikut:

Idul Adha di Afghanistan

Ilustrasi Idul Adha di Afghanistan. (AFP)
Ilustrasi Idul Adha di Afghanistan. (AFP)

Idul adha yang dirayakan di tengah kekhawatiran akan konflik dan perang juga terjadi di Afghanistan.

Di pasar terbuka yang ramai di Kota Jalalabad, di timur Afghanistan, para petani menjajakan kambing berbulu panjang dan pelanggan memilih binatang untuk disembelih untuk Hari Raya Idul Adha pada Minggu 11 Agustus 2019.

Di tengah persiapan menjelang hari raya itu, tersimpan tanda tanya besar di benak mereka, tentang "apakah perdamaian akan datang ke Afghanistan, atau akankah perang empat dasawarsa terus berlanjut?"

"Kami haus akan perdamaian di Afghanistan. Setiap hari, banyak orang kami terbunuh. Kami merayakan Idul Adha dengan berita sedih," kata Sayed Jan, penduduk setempat seperti dikutip dari AFP.

Seperti banyak orang Afghanistan, Jan ingat dengan baik gencatan senjata pendek antara pasukan Taliban dan Afghanistan selama Idul Fitri tahun lalu, saat hari raya umat Muslim lainnya. Saat itu musuh meletakkan senjata dan bertukar salam.

Tahun ini, Amerika Serikat dan Taliban diyakini berada di ambang keputusan untuk menjalin kesepakatan yang mendesak pasukan Amerika meninggalkan Afghanistan dengan imbalan berbagai jaminan Taliban.

Namun, bahkan ketika perundingan berlangsung, medan perang dan korban sipil terus meningkat. Juli menjadi bulan paling mematikan selama lebih dari dua tahun, dan masih belum jelas kapan gencatan senjata akan terwujud.

Sambutan hari raya yang sangat dinanti-nantikan dari pemimpin tertinggi Taliban Haibatullah Akhundzada pada hari Kamis, tidak menyebutkan gencatan senjata yang diinginkan banyak warga Afghanistan.

"Taliban harus duduk dengan pemerintah Afghanistan untuk perjanjian perdamaian dan mereka harus mengumumkan gencatan senjata selama Idul Adha," kata Hamim Sadiq, warga lokal lainnya.

"Rakyat Afghanistan harus merayakan Idul Adha dengan damai. Kami telah kehilangan segalanya selama lebih dari 40 tahun perang."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya