Mitos Urban Jepang, Kaitan Penampakan Ikan Laut Dalam dan Gempa Besar

Orang-orang Jepang banyak yang meyakini bahwa ikan laut dalam dan gempa bumi saling berkaitan. Benarkah demikian?

oleh Afra Augesti diperbarui 15 Agu 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2019, 18:00 WIB
Ilustrasi oarfish yang ditemukan di Bermuda 1860 (Wikimedia Commons)
Ilustrasi oarfish yang ditemukan di Bermuda 1860 (Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Tokyo - Sebuah kepercayaan lama di Jepang menyebut, penampakan seekor ikan laut dalam (deep sea fish) di permukaan air, merupakan sebuah pertanda bahwa gempa bumi besar akan melanda wilayah yang didatangi hewan ini.

Namun, menurut tim peneliti dari dua universitas terkemuka di Negeri Matahari Terbit, anggapan tersebut hanyalah takhayul semata.

Para ilmuwan itu, yang terdiri dari periset-periset dari Tokai University dan University of Shizuoka, membandingkan: kasus-kasus ikan laut dalam yang ditemukan terdampar atau tertangkap jaring nelayan selama sekitar 90 tahun, dengan catatan gempa bumi dahsyat yang pernah mengguncang Negeri Sakura.

Mitos yang mengatakan bahwa penampakan ikan laut dalam berhubungan dengan gempa bumi, berakar pada legenda putri duyung yang memperlihatkan wujudnya di "Shokoku Rijin Dan" karena merasakan aktivitas seismik di dasar laut. Ini adalah kumpulan kisah aneh yang merebak pada Abad ke-18.

"Kami berpendapat, jika kami dapat memahami hubungannya, itu akan berguna untuk pencegahan bencana," kata Yoshiaki Orihara, seorang profesor ilmu fisika Bumi di Tokai University.

Dikutip dari Japan Today, Kamis (15/8/2019), Orihara dan rekan-rekannya mencari makalah akademis tentang penampakan ikan laut dalam, lalu memeriksa artikel-artikel yang dimuat oleh sejumlah surat kabar lawas di National Diet Library (perpustakaan), dan mengaitkannya dengan asumsi bahwa kasus seperti ini cukup langka untuk disimpulkan oleh media regional.

Timnya juga menganalisis diskusi yang digelar secara daring, terkait penampakan ikan laut dalam dan laporan mengenai pengamatan yang dipublikasikan oleh akuarium-akuarium di seluruh Jepang.

Dengan membandingkan kemunculan ikan laut dalam dan catatan seismik dari Japan Meteorological Agency yang ditelusuri sejak tahun 1923, ilmuwan menemukan 371 kasus penampakan ikan laut dalam selama periode antara 26 November 1928 dan 11 Maret 2011.

Tanggal itu merupakan hari di mana gempa bumi besar menggoyang Jepang Timur atau dikenal sebagai the Great East Japan Earthquake.

Termasuk di antaranya ialah 336 kasus dari delapan spesies ikan yang konon dihubungkan dengan gempa bumi, seperti oarfish dan slender ribbonfish.

Pada masa yang sama, gempa berkekuatan 6 magnitudo atau lebih besar dari ini, tercatat terjadi sebanyak 221 kali.

Akan tetapi, saat tim peneliti menyelidiki gempa yang terjadi dalam radius 100 kilometer dari lokasi ditemukannya deep sea fish hingga 30 hari sebelumnya, mereka hanya mendapati satu gempa saja, yakni pada 16 Juli 2007 yang mengguncang Prefektur Niigata.

"Kami tidak menemukan korelasinya, meski kami juga ingin menyelidiki hubungan antara tempat berlindung massal lumba-lumba dan paus dengan gempa bumi di masa depan," pungkas Orihara.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Binatang yang Peka

Oarfish
Penampakan oarfish diyakini sebagai pertanda gempa bumi. (Foto: Mark Bussey / AP)

Sementara itu, melansir The Guardian pada Kamis (15/8/2019), beberapa ahli berspekulasi bahwa makhluk seperti ikan laut dalam berpindah ke perairan yang lebih dangkal ketika mereka merasakan perubahan elektromagnetik yang disebabkan oleh gerakan tektonik, yang terkait dengan sesar aktif.

Beberapa penampakan oarfish di bibir pantai atau secara tak sengaja terjebak di jala nelayan, memicu kekhawatiran akan terjadinya bencana alam dahsyat.

Meski sistem peringatan dini yang dibuat oleh pemerintah Jepang mampu memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk berlindung sebelum gempa bumi besar datang, tetapi tidak ada metode mampu memprediksi kapan lempeng tektonik akan bergeser.

Beberapa ahli percaya, ada kemungkinan 70% hingga 80% bahwa wilayah pantai Pasifik Jepang akan mengalami gempa bumi dalam 30 tahun ke depan.

Hasil studi ini sudah dipublikasikan dalam Bulletin of the Seismological Society of America.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya