Peringati Tragedi 9/11, Demonstrasi Hong Kong Berhenti Sementara

Dalam rangka memeringati serangan teroris 9/11, demo Hong Kong dijeda sementara pada Rabu (11/9).

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Sep 2019, 22:03 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2019, 22:03 WIB
Siswa di Hong Kong Bentuk Rantai Manusia
Para siswa, alumni dan guru membentuk rantai manusia di area Mid-Levels, Hong Kong, Senin (9/9/2019). Aksi dilakukan para siswa yang masih berseragam sekolah sambil memakai masker sebagai bentuk dukungan terhadap demonstran anti pemerintah setelah bentrokan pada akhir pekan. (Anthony WALLACE/AFP)

Liputan6.com, Hong Kong - Aktivis Hong Kong membatalkan rencana demonstrasi yang sedianya digelar pada Rabu (11/9/2019). Pembatalan aksi dilakukan untuk mengenang serangan 11 September yang terjadi di Amerika Serikat 18 tahun silam.  

Meski begitu, aktivis Hong Kong tetap mengecam sebuah laporan surat kabar pemerintah China yang mengatakan para demonstran merencanakan teror besar-besaran di kota yang dikuasai Negeri Tirai Bambu tersebut, berbarengan dengan peringatan 9/11.

Hong Kong telah dilanda kerusuhan hingga kekerasan, yang diakibatkan kemarahan masyarakatnya, atas undang-undang yang rencananya memungkinkan ekstradisi ke China, seperti dilansir Channel News Asia.

Hal itu ditambah dengan meluasnya seruan untuk demokrasi dan otonom bagi Hong Kong. Serta penguasa Partai Komunis di Beijing untuk meninggalkan kota Hong Kong sendirian, untuk menghindari intervensi mereka. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Provokasi Media China

7 Alasan Kenapa Netizen Gampang Baper di Medsos
Ilustrasi media sosial

"Orang-orang fanatik anti-pemerintah sedang merencanakan serangan teror besar-besaran, termasuk meledakkan pipa gas, di Hong Kong pada 11 September," kata China Daily edisi Hong Kong di lama Facebook-nya pada hari Selasa bersamaan dengan gambar serangan terhadap menara kembar World Trade Center (WTC).

"Plot teror 9/11 juga mendorong serangan sembarangan terhadap penutur asli Kanton," tambah China Daily.

Postingan Facebook itu juga menyebut. "informasi yang bocor adalah bagian dari strategi yang direncanakan demonstran radikal di ruang obrolan online mereka."

Harapan Pemimpin Hong Kong

Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam (AFP/Anthony Wallace)
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam (AFP/Anthony Wallace)

Negara bekas koloni Inggris, Hong Kong kembali ke China pada 1997 di bawah formula "satu negara, dua sistem" yang menjamin kebebasan yang tidak dinikmati di daratan. Juga termasuk sistem hukum independen, hingga memicu kemarahan atas RUU Ekstradisi. 

"Harapan saya yang kuat adalah bahwa kita dapat menjembatani kesenjangan kita dengan menegakkan satu negara, dua prinsip sistem, dan Undang-Undang Dasar, dan melalui upaya bersama pemerintah dan rakyat Hong Kong," kata Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam kepada para pemimpin bisnis.

Lam mengatakan ia akan menarik RUU itu tetapi banyak warga Hong Kong khawatir Beijing terus mengikis otonomi kota tersebut.

Sementara itu, China membantah ikut campur dan menuduh Amerika Serikat, Inggris, dan yang lainnya mengobarkan kerusuhan yang terjadi di Hong Kong.

Kekhawatiran Demonstran

Ribuan PNS Hong Kong Ikut Demo Tolak RUU Ekstradisi
Ribuan pegawai negeri sipil (PNS) mengenakan payung saat mengikuti unjuk rasa menolak RUU Ekstradisi di Hong Kong, Jumat (2/8/2019). PNS mendesak pihak berwenang untuk membangun kembali kepercayaan pada pemerintah. (ANTHONY WALLACE/AFP)

Para pengunjuk rasa membatalkan aksi pada hari Rabu waktu setempat. "Dalam solidaritas melawan terorisme, semua bentuk protes di Hong Kong akan ditangguhkan pada 11 September, selain dari potensi bernyanyi dan nyanyian," kata para demonstran dalam sebuah pernyataan.

Salah satu demonstran bernamaKaren mengaku, laporan yang ditulis China Daily membuat khawatir. "Ketika mereka mencoba membingkai seluruh protes dengan kata-kata itu, itu membuatku khawatir," ujarnya.

"Mereka memprediksi daripada melaporkan. Saya pikir orang-orang yang membatalkannya hari ini adalah langkah yang baik,"pungkas Karen. 

 

Reporter: Hugo Dimas

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya