Liputan6.com, Hong Kong - Pria yang yang tindakannya secara tidak sengaja memicu protes keras selama berbulan-bulan di Hong Kong mengatakan kepada kepala eksekutif Carrie Lam dalam sebuah surat pada Jumat 18 Oktober 2019 bahwa ia telah "memutuskan untuk menyerahkan diri ke Taiwan" setelah ia keluar dari penjara.
Chan Tong-kai (20) merupakan buron Taiwan atas pembunuhan pacarnya yang hamil Poon Hiu-wing selama liburan di sana pada Februari tahun lalu. Pada 3 Desember 2018, Taiwan mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Chan.
Dia melarikan diri kembali ke Hong Kong, tempat polisi Taiwan tidak dapat menangkapnya karena kurangnya perjanjian ekstradisi. Kasus ini memicu proposal oleh pemerintah Hong Kong untuk mengusulkan RUU ekstradisi yang akan memungkinkan kota untuk mengekstradisi tersangka ke wilayah mana pun, termasuk China daratan.
Advertisement
RUU yang sekarang dibatalkan terlanjur menyulut kemarahan dan menyebabkan berbulan-bulan protes keras, serta bermanifestasi menjadi gerakan yang lebih luas yang menyerukan lebih banyak otonomi Hong Kong dari pengaruh Beijing.
Pada Jumat malam, pemerintah Hong Kong mengatakan telah menerima surat dari Chan Tong-kai yang menegaskan niatnya untuk menyerah kepada Taiwan setelah hukuman penjara di Hong Kong berakhir, demikian seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (19/10/2019).
Pemerintah Hong Kong mengatakan, Chan telah "meminta" bantuan dalam "membuat pengaturan yang relevan" setelah akhir masa hukumannya.
"Biro Investigasi Kriminal Taiwan hari ini menerima surat yang dikeluarkan oleh Kepolisian Hong Kong, menyampaikan keputusan Chan untuk menyerahkan diri ke Taiwan," kata pemerintah Hong Kong dalam sebuah pernyataan.
"Surat itu juga menyampaikan bahwa otoritas Hong Kong akan membantu Chan dalam pengaturan yang relevan, dan memberikan bantuan yang diperlukan dan layak secara hukum kepada Taiwan dalam hal ini."
Chan saat ini berada di penjara setelah ia dinyatakan bersalah mencuri harta pacarnya selama persidangan di mana ia tidak membantah membunuh pacar yang hamil.
Namun, Departemen Kehakiman Hong Kong tidak memiliki "bukti yang cukup" terhadap remaja berusia 20 tahun itu atas tuduhan pembunuhan di Taiwan, tambah pemerintah.
"Departemen telah memeriksa penyelidikan polisi dan bukti-bukti yang dikumpulkan, dan menuntut Chan atas pencucian uang yang dilakukan di Hong Kong," bunyi pernyataan itu.
Dia dijatuhi hukuman penjara 29 bulan tetapi dilaporkan akan dibebaskan minggu depan.
"Mengenai dugaan pelanggaran Chan di Taiwan, pengadilan Hong Kong tidak memiliki yurisdiksi atas hal itu," tambah pernyataan itu.
"Pemerintah setempat juga tidak memiliki alasan untuk memperpanjang penahanan Chan atau mengejar pelanggaran yang diduga telah dilakukannya di Taiwan," kata Departemen Kehakiman Hong Kong.
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Simak video pilihan berikut:
Sebuah Kasus Pembunuhan yang Memicu Rangkaian Demo Hong Kong
Sebelum protes massal di jalan, gas air mata dan bentrokan dengan polisi; sebelum pemerintah mengeluarkan semua peraturan yang dapat mengancam status khusus Hong Kong di Tiongkok, dan kemudian secara tiba-tiba menundanya; seorang perempuan muda hamil dan kekasihnya dari Hong Kong pergi berlibur romantis ke Taiwan.
Namun, Poon Hiu-wing (20) tidak pernah kembali ke Hong Kong dari perjalanan liburan Hari Valentine tahun lalu. Pacarnya, Chan Tong-kai (19), pulang sendirian tanpa sang kekasih.
Dan setelah itu, sebuah penyelidikan atas kasus pembunuhan perempuan tersebut mencuat.
Chan Tong-kai kemudian mengaku kepada polisi Hong Kong bahwa dia telah mencekik kekasihnya hingga tewas, memasukkan ke dalam koper dan membuang jasad Poon Hiu-wing di semak-semak dekat stasiun kereta bawah tanah di Taipei, ibu kota Taiwan.
Awalnya itu hanya cerita kriminal lokal, marak muncul di tabloid-tabloid yang membingkainya sebagai kasus kekerasan dalam berpacaran para muda-mudi.
Namun tak dinyana, kasus pembunuhan tersebut menjadi pemicu rangkaian demonstrasi terbesar dalam sejarah Hong Kong.
Advertisement