Liputan6.com, Valletta - - Perdana Menteri Malta Joseph Muscat telah mengumumkan di TV nasional bahwa ia akan mengundurkan diri pada tahun baru 2020, di tengah kasus pembunuhan seorang jurnalis.Â
Dilansir dari BBC, Senin (2/12/2019), ia mengatakan akan meminta Partai Buruh yang berkuasa untuk memulai proses untuk memilih penggantinya pada 12 Januari mendatang.
Advertisement
Demonstran menuntut pengunduran dirinya segera atas penyelidikan kematian Daphne Caruana Galizia.
Galizia meninggal dunia karena bom mobil pada 2017 ketika dia menyelidiki korupsi di kalangan bisnis dan elit politik Malta.
Seorang pengusaha yang diduga memiliki hubungan dengan pejabat pemerintah dituduh terlibat dalam pembunuhan tersebut.Â
Sambil menjelaskan keputusannya untuk berhenti, Muscat mengatakan tentang penyelidikan pembunuhan yang sedang ditangani: "Beberapa keputusan bagus sementara yang lain bisa dibuat lebih baik."
"Semua tanggung jawab yang harus saya pikul tentu tidak sebanding dengan rasa sakit yang dialami keluarga korban," tambahnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kapan Muscat Akan Mundur?
Dia mengatakan akan mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Buruh pada 12 Januari dan sebagai perdana menteri setelahnya.
Muscat telah berkuasa selama enam tahun. Ia memenangkan dua periode pemilihan secara telak dan memimpin periode kemakmuran dan reformasi sosial di negara anggota terkecil UE.
"Malta perlu memulai babak baru dan hanya saya yang bisa memberikan sinyal itu," kata Muscat.
Dia mengambil keputusan itu setelah pertemuan empat jam dengan kelompok parlemen Buruh, di mana anggota parlemen memberikan "dukungan bulat untuk semua keputusan yang akan diambil oleh Perdana Menteri".
Advertisement
Latar Belakang Masalah
Investigasi atas pembunuhan jurnalis Malta, Caruana Galizia dalam pemboman mobil semakin intensif, terutama ketika seorang perantara kasus yang dicurigai sebagai salah satu tersangka justru diberikan pengampunan hukum.
Perdana menteri mengatakan kepada parlemen bahwa tersangka, Melvin Theuma, diberi kekebalan sebagai imbalan atas informasi tentang pembunuhan itu. Laporan media Malta, Maltese, menyebut bahwa Theuma memiliki rekaman audio yang dikaitkan dengan kasus tersebut.
Pekan lalu, pengusaha terkemuka Yorgen Fenech ditangkap dalam penggerebekan dramatis di kapal pesiarnya. Dia juga dilaporkan meminta grasi untuk mendapat informasi. Fenech menerima perawatan di rumah sakit setelah penangkapannya dan telah diberi jaminan polisi.
Caruana Galizia, seorang jurnalis investigasi, terbunuh pada 16 Oktober 2017 setelah menulis blog tentang korupsi di Malta.
Dia menuduh bahwa sebuah perusahaan bernama 17 Black, yang dimiliki oleh Yorgen Fenech, memiliki hubungan korup dengan politikus top dan di blog terakhirnya, dia menulis tentang kepala asisten PM, Keith Schembri, yang turut masuk dalam lingkaran tersebut.
Investigasi Galizia berhasil mengungkap bahwa Schembri turut disebut dalam kebocoran data besar-besaran 2016 yang dikenal sebagai Panama Papers.
Galizia menuduh bahwa Schembri dan Menteri Pariwisata Malta Konrad Mizzi telah mendapat 'keuntungan; dari "perusahaan cangkang" rahasia.
Sementara itu, meski Menteri Ekonomi Malta Chris Cardona tidak dikaitkan dengan kebocoran, dia baru-baru ini didekati oleh polisi untuk "klarifikasi lebih lanjut". Sebagai respons, Cardona mengatakan akan mundur sebagai menteri ekonomi demi menjaga marwah negara.
Sampai saat ini, polisi masih terus menyelidiki dengan harapan menemukan siapa yang memerintahkan pembunuhan sang jurnalis.