Liputan6.com, Jakarta - 11 Februari merupakan hari internasional wanita dalam sains. Ini adalah kesempatan untuk mempromosikan ilmu sains bagi perempuan di dunia.
Hari ini juga merupakan pengingat bahwa perempuan maupun anak perempuan dapat memainkan peran penting dalam sains dan teknologi, serta partisipasi mereka harus diperkuat.
Data dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB menyatakan bahwa kurang dari 30 persen peneliti di seluruh dunia adalah perempuan, dan persentase yang sama juga menjadi hasil dari jumlah siswa perempuan yang mengejar ilmu pengetahuan, teknologi, teknik dan matematika (STEM) dalam pendidikan tinggi, demikian dilaporan New Straits Times, Selasa (11/2/2020).
Advertisement
Secara global, ada beberapa perempuan yang mempelajari teknologi informasi dan komunikasi (tiga persen), ilmu alam, matematika dan statistik (lima persen), dan teknik, manufaktur dan konstruksi (delapan persen).
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Penurunan dalam Minat STEM
Sedangkan di Malaysia, ada penurunan drastis dalam jumlah anak laki-laki dan perempuan yang memilih mata pelajaran STEM (Sains, Teknologi, Energi, dan Matematika) di sekolah menengah dan kejuruan.
Pada 2012, 48 persen siswa memilih untuk mengambil STEM, kemudian turun menjadi 44 persen pada 2018. Pada 2017, jumlah siswa di universitas dan perguruan tinggi lokal yang mempelajari sains, matematika, komputasi, teknik, manufaktur dan konstruksi adalah 334.742, dibandingkan dengan 570.858 jurusan seni dan humaniora, pendidikan, ilmu sosial, bisnis dan hukum.
Tahun lalu, Kementerian Energi, Sains, Teknologi, Lingkungan dan Perubahan Iklim mengumumkan bahwa mereka telah menetapkan target rasio 60:40, dan menargetkan 60 persen siswa yang mengambil jurusan STEM.
Sejak saat itu, kementerian telah memprakarsai program pendidikan Energi, Teknologi, Lingkungan dan Perubahan Iklim (ESTECC) untuk memberikan paparan dalam sains kepada satu juta siswa dan menumbuhkan minat mereka di bidang ini.
Advertisement
Insiatif Sekolah dan Orangtua
Sekolah bisa mendapatkan ilmuwan wanita, dan bahkan mendorong perempuan yang lebih tua yang mempelajari mata pelajaran STEM, untuk berbicara dengan siswa yang lebih muda tentang hasrat mereka dalam sains.
Namun, inisiatif ini bukan satu-satunya tanggung jawab sekolah. Pemerintah perlu bekerja dengan organisasi non-pemerintah, badan profesional dan organisasi sipil untuk menghilangkan stereotip gender.
Tak hanya itu, sebagai orang tua Anda juga bisa mendorong putri Anda untuk mengambil ilmu sebagai karier.
Reporter: Deslita Krissanta Sibuea