Istana Bersejarah di Afghanistan Alih Fungsi Jadi RS Darurat Corona COVID-19

Guna membendung penyebaran Corona COVID-19 di Afghanistan, pemerintah membentuk sejumlah pusat karantina dan klinik untuk menyediakan layanan kesehatan bagi pasien positif.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Apr 2020, 22:04 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2020, 22:04 WIB
Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).
Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).

Liputan6.com, Jakarta Istana Darul Aman yang terletak di tepi barat Kota Kabul pada Sabtu 18 April 2020 resmi dialihfungsikan menjadi rumah sakit darurat, untuk merawat pasien terinfeksi Virus Corona COVID-19 di Afghanistan.

"Istana bersejarah (yang dibangun pada satu abad lalu) ini dialihfungsikan menjadi fasilitas karantina dengan kapasitas 200 tempat tidur untuk pasien yang terjangkit COVID-19," kata Menteri Kesehatan Masyarakat Afghanistan Firozuddin Feroz dalam pidato sambutannya di istana tersebut seperti dikutip dari Xinhua, Senin (20/4/2020). 

Guna membendung penyebaran COVID-19 di Afghanistan, pemerintah negara itu telah membentuk sejumlah pusat karantina dan klinik untuk menyediakan layanan kesehatan bagi pasien yang terpapar Virus Corona baru itu.

Menyambut baik langkah tersebut sebagai keputusan yang tepat untuk memerangi COVID-19 di negara yang dilanda konflik itu, seorang warga Kabul bernama Abdul Wadoud berpendapat bahwa penyebaran virus yang cepat di negaranya perlu diimbangi dengan pembukaan lebih banyak pusat karantina dan rumah sakit khusus untuk memeriksa pasien COVID-19.

"Situasi saat ini kritis dan virus menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru negeri. Kita semua, baik pemerintah maupun warga, harus bekerja sama untuk mengatasi virus mematikan ini," tutur Wadoud kepada Xinhua.

"Kami, sebagai warga, harus tetap tinggal di rumah demi menghindari kontak dengan virus, sementara pemerintah harus membuka lebih banyak fasilitas kesehatan dan menyediakan obat-obatan penting untuk memerangi penyakit ini di negara kami," lanjutnya.

 

Saksikan Juga Video Berikut Ini:

Ikut Anjuran Pihak Berwenang

Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)
Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)

Menyampaikan kekhawatiran atas penyebaran COVID-19 di Afghanistan, juru bicara Kementerian Kesehatan Masyarakat Wahidullah Mayar pada Minggu (19/4) menuturkan kepada Xinhua bahwa jumlah pasien yang terinfeksi COVID-19 di negaranya telah mencapai 993. Dapat menembus 1.000 dalam waktu dekat jika warga mengabaikan anjuran kementerian itu atau melanggar peraturan yang diberlakukan selama masa karantina.

Pemerintah telah memberlakukan jam malam di siang hari di beberapa kota termasuk Kabul sejak akhir Maret lalu. Aturan jam malam tersebut resmi diperpanjang selama tiga pekan pada pekan lalu, menyerukan warga agar tetap tinggal di dalam rumah.

Menurut Mayar, 33 pasien COVID-19 termasuk tiga orang dokter telah meninggal akibat penyakit itu, sementara 131 pasien telah dinyatakan sembuh sejak virus tersebut melanda Afghanistan pada pertengahan Februari lalu.

"Saya sangat berterima kasih kepada pemerintah karena telah mengubah Istana Darul Aman yang ikonis itu menjadi rumah sakit darurat untuk merawat pasien, dan saya berharap pemerintah akan melakukan yang terbaik untuk memberantas COVID-19 sesegera mungkin," ucap Hafizullah, seorang warga dari Provinsi Baghlan, Afghanistan utara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya