Liputan6.com, Jakarta - Senin 27 April 2020 lalu Pentagon merilis tiga video tanpa klasifikasi yang menunjukkan unidentified aerial phenomena atau fenomena udara tak dikenal. Mayoritas media memberitakannya sebagai peluncuran tiga video singkat penampakan UFO.
Pemberitaan tersebut seolah mengisyaratkan keberadaan makhluk ekstraterestrial atau dikenal sebagai alien di Bumi. Â
Baca Juga
Perihal tersebut, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) RI merespons.
Advertisement
"UFO: Unidentified Flying Object adalah nama umum untuk objek terbang tak dikenal. Namun publik terlanjur mengaitkan UFO dengan wahana makhluk cerdas dari luar Bumi (alien)," ujar Kepala Lapan Thomas Djamaluddin kepada Liputan6.com melalui pesan singkatnya, Kamis (30/4/2020).
"Pentagon akhirnya merilis video tersebut karena tidak ada aspek keamanan yang terkait. Objek tersebut tetap belum diketahui hakikatnya, sehingga disebut Unidentified Aerial Phenomena (fenomena udara tidak dikenal)," jelas Thomas.
Menurutnya, sains mengakui adanya kemungkinan makhluk hidup di luar Bumi. Karenanya ada kajian khusus yang disebut Bioastronomi (astronomi khusus mempelajari kehidupan di luar Bumi).
"Tetapi sains tidak mengakui adanya makhluk hidup luar Bumi (alien) yang berkunjung ke Bumi. Tidak mungkin ada makhluk hidup yang bisa mencapai Bumi dari planet yang sangat jauh, yang jaraknya sudah dalam hitungan tahun cahaya," tegas lelaki kelahiran Purwokerto, 23 Januari 1962.
Thomas mengungkapkan, kajian tentang UFO sebagai wahana alien dianggap pseudo-science (sains semu). Alasannya, karena tidak memenuhi kaidah metode ilmiah.
"Lapan tidak pernah meneliti fenomena UFO," ucapnya.
Saksikan Juga Video Berikut Ini:
Video Nyata
Langkah perilisan video itu merupakan upaya menghilangkan kesalahpahaman mengenai apakah rekaman - yang telah beredar selama bertahun-tahun - adalah nyata.
Mengutip USA Today, rekaman yang pertama bocor pada 2007 dan ditemukan Angkatan Laut AS pada 2009, menunjukkan benda terbang kecil. Dalam salah satu rekaman tersebut, seseorang berseru, "Apa (sumpah serapah) itu ?!"
Satu lainnya direkam Januari 2015, menurut Departemen Pertahanan AS. Sementara sebuah rekaman lain diambil pada November 2004.
Dalam sebuah pernyataan, Departemen Pertahanan AS mengatakan Angkatan Laut "sebelumnya mengakui" video itu adalah milik Angkatan Laut AS.
Advertisement
Fenomena Udara Tidak Dikenal
Video, yang dikenal sebagai "FLIR1," "Gimbal" dan "GoFast," sebelumnya diterbitkan oleh New York Times dan To The Stars Academy of Arts and Science, yang didirikan bersama oleh mantan anggota band Blink-182 Tom DeLonge.
Seorang juru bicara Angkatan Laut pada bulan September 2019 mengatakan kepada USA Today bahwa video itu asli dan menyebut benda-benda itu sebagai unidentified aerial phenomena (UAP) atau fenomena udara yang tidak dikenal bukan unidentified flying objects (UFO).
Juru bicara pada saat itu mengatakan UAP lebih disukai daripada UFO karena stigma di balik benda tersebut.
Dia menambahkan menggunakan "UFO" tidak mendorong pilot untuk melaporkan insiden karena takut diejek.
"Fenomena udara yang diamati dalam video tetap ditandai sebagai unidentified atau tidak dikenal," tegas Dephan AS.Â