Senat AS Setujui RUU untuk Tekan China Atas Hak Uighur

RUU ini meminta pemerintah Donald Trump memperkuat responsnya atas penindasan China terhadap kelompok minoritas Muslim Uighur.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mei 2020, 19:48 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2020, 19:47 WIB
Peduli Muslim Uighur, Warga Gelar Aksi Saat CFD
Topeng bendera Turkestan Timur yang dipakai peserta Aksi Save Uighur selama CFD, Jakarta, Minggu (22/12/2019). Aksi digelar sebagai bentuk peduli terhadap muslim Uighur di Xinjiang yang diduga hingga saat ini terus mengalami tindakan kekerasan oleh pemerintah China. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Senat Amerika Serikat menyetujui rancangan undang-undang (RUU) yang meminta pemerintah Presiden Donald Trump memperkuat responsnya atas penindasan China terhadap kelompok minoritas Muslim Uighur.

Langkah tersebut merupakan tekanan terbaru di Washington untuk menghukum China saat Trump menuding Beijing memperburuk pandemi Virus Corona COVID-19.

Senat, yang dipimpin Fraksi Republik, mengesahkan RUU dengan suara bulat. RUU yang disetujui itu kemudian disampaikan kepada kepada DPR, yang dimotori Fraksi Demokrat, yang harus menyetujui RUU tersebut sebelum diajukan ke Gedung Putih untuk ditandatangani menjadi undang-undang oleh Trump atau diveto sang presiden.

DPR sangat menyetujui UU yang mereka sendiri keluarkan pada 2019 untuk menanggapi perlakuan terhadap Muslim Uighur. UU itu berisi seruan agar sanksi dijatuhkan terhadap para pejabat tinggi China yang bertanggung jawab atas penindasan terhadap Muslim di Provinsi Xinjiang.

Undang-undang itu membuat China berang.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


China Membantah

Pusat pelatihan vokasional Hotan di Hotan County, Prefektur Hotan, Wilayah Otonomi Xinjiang-Uighur (XUAR) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)
Pusat pelatihan vokasional Hotan di Hotan County, Prefektur Hotan, Wilayah Otonomi Xinjiang-Uighur (XUAR) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)

AS memperkirakan lebih dari satu juta Muslim Uighur ditahan di kamp Xinjiang dalam beberapa tahun belakangan.

China membantah perlakuan buruk terhadap Uighur dan mengklaim kamp tersebut memberikan pelatihan kejuruan.

Tekanan agar AS bersikap lebih keras mengenai Uighur muncul saat hubungan antara pemerintah Trump dan Beijing semakin buruk terkait pandemi global COVID-19.

Washington menyalahkan China atas banyaknya dampak buruk krisis kesehatan lantaran dianggap kurang terbuka pada masa awal wabah corona.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya