Pembatasan Corona Longgar, Australia Siap Buka Lagi Penerbangan ke Selandia Baru

Bandara Canberra baru-baru ini membuka pendaftaran bagi mereka yang ingin terbang dari ibu kota Australia itu ke ibu kota Selandia Baru, Wellington.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jun 2020, 08:04 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2020, 08:04 WIB
Ilustrasi pesawat (iStock)
Ilustrasi pesawat (iStock)

Liputan6.com, Canberra - Sebagai bagian dari rencana besar untuk menghidupkan kembali layanan penerbangan internasional, Australia berencana memulai kembali penerbangan ke Selandia Baru. Rencananya akan dimulai per 1 Juli.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (5/6/2020), bandara Canberra baru-baru ini membuka pendaftaran bagi mereka yang ingin terbang dari ibu kota Australia itu ke ibu kota Selandia Baru, Wellington.

Proposal untuk memulai kembali penerbangan antara kedua ibu kota itu dibahas dalam pembicaraan antara kedua pemerintah, Qantas dan Air New Zealand, kata Direktur Pelaksana Bandara Canberra Stephen Byron, Kamis 4 Juni.

Berdasarkan proposal tersebut, penerbangan antara kedua ibu kota itu tidak akan mengharuskan para penumpangnya menjalani karantina.

Menurut Bandara Canberra, Australia tidak lama setelah pendaftaran dibuka untuk penerbangan 1 Juli, 140 nama calon penumpang tercatat pada jam pertama.

"Permintaan yang tinggi ini mendukung dimulainya kembali penerbangan komersial. Namun juga perlu ditegaskan bahwa penerbangan ini baru bisa dimulai setelah pihak berwenang medis berpendapat bahwa ini aman," kata Byron kepada Associated Press.

Simak video pilihan berikut:


13 Hari Berantas Corona

PM Selandia Baru, Jacinda Ardern
PM Selandia Baru, Jacinda Ardern. (Liputan6/AP)

"Kita harus memastikan bahwa ini benar-benar aman. Tidak diragukan bahwa jumlah penularan COVID-19 di kedua belah pihak sangat rendah. Ini sekedar uji coba dan kami memulainya dengan dua kota yang paling aman di dunia dari COVID-19," kata Byron.

Selandia Baru hampir berhasil memberantas Virus Corona COVID-19 setelah 13 hari tidak memperoleh kasus baru. Hanya satu orang di negara berpenduduk 5 juta orang itu yang diketahui masih memiliki virus tersebut.

Namun masih mungkin bahwa negara itu akan mengimpor kasus baru segera setelah perbatasannya dibuka kembali.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya