Liputan6.com, Canberra - Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan bahwa pemerintah Australia telah bekerja sama dengan Palang Merah dalam upaya pertolongan warga negaranya yang terjebak di kamp-kamp pengungsian Suriah, setelah ISIS dinyatakan kalah.
Menurut laporan dari sebuah LSM, diperkirakan ada 70 anak yang lahir di kamp pengungsian. Anak-anak dari teroris asal Australia yang sudah tewas Khaled Sharrouf termasuk di antara mereka.
Dikutip dari laman The Guardian, Sabtu (6/4/2019) PM Scott Morrison menekankan bahwa ia tidak akan membahayakan orang lain untuk masuk ke dalam zona konflik tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Tetapi, ia juga mengatakan bahwa pemerintah akan "bekerja sama" dengan sejumlah pihak untuk membantu memulangkan anak-anak teroris ISIS asal Australia yang kini terlantar di daerah konflik di Suriah.
"Kami akan bekerja sama dengan Palang Merah apabila mereka bisa membawa anak-anak tersebut ke titik dimana mereka bisa pulang ke Australia. Kami akan bekerja sama dalam proses itu," ujarnya.
Saat ini terdapat puluhan ribu anak-anak di berbagai kamp pengungsian di mana makanan, tempat tinggal dan obat-obatan tidak banyak tersedia.
Mereka ini anak-anak dari orangtua yang sebelumnya hidup di wilayah "kekhalifahan" ISIS. Kini mereka mendekam di kamp pengungsi al-Hawl.
Ratusan di antaranya telah dipulangkan ke negara seperti Rusia dan Turki.
Pemerintah Prancis sebelumnya mengatakan lima anak yatim piatu sudah dipulangkan dan akan menerima 130 anak berkebangsaan Prancis lainnya.
Imbauan Donald Trump
Presiden AS Donald Trump mendesak negara-negara lain untuk menerima kembali warga mereka daripada dibiarkan hidup di Suriah karena dikhawatirkan menimbulkan masalah di masa depan.
AS sudah memulangkan beberapa warga mereka, namun masih ada anak-anak dan perempuan asal AS yang berada di kamp pengungsi.
Sementara itu, Denmark diperkirakan akan meloloskan UU yang akan mencabut hak kewarganegaraan bagi anak warga Denmark yang lahir di luar negeri dan orangtuanya mendukung ISIS.
Advertisement