Kartel Kolombia Tembak Warga yang Hiraukan Imbauan Lockdown Corona COVID-19

Setidaknya delapan warga sipil telah dibunuh oleh kelompok-kelompok bersenjata kartel narkoba di Kolombia.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 17 Jul 2020, 09:27 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2020, 05:37 WIB
Tembak Senjata Api
Ilustrasi Foto Penembakan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kartel narkoba dan kelompok pemberontak di Kolombia memiliki cara tersendiri dalam menerapkan peraturan karantina wilayah atau lockdown akibat Corona COVID-19.

Dikutip dari laman The Guardian, Jumat (17/7/2020), meski demikian, Human Rights Watch (HRW) mengecam cara tersebut lantaran kartel narkoba dan kelompok di Kolombia itu menembaki, bahkan membunuh warga yang tak mematuhi aturan lockdown.

Setidaknya delapan warga sipil telah dibunuh oleh kelompok-kelompok bersenjata. Mereka menyebarkan informasi itu melalui pesan di Whatsapp untuk memperingatkan warga tentang kuncian di daerah pedesaan tempat mereka beroperasi.

Di Tumaco, kota pelabuhan yang miskin, geng melarang warga memancing atau mencari ikan. Hal itu menyebabkan warga di sana kian kesulitan memperoleh uang dan makan.

Jam malam juga mereka terapkan -- jauh lebih ketat dari tindakan yang diberlakukan oleh pemerintah -- juga memaksa pedagang kaki lima kembali pulang.

Di daerah-daerah lain, peraturan yang diterapkan kartel dan kelompok bersenjata lebih ekstrem. Warga dilarang meninggalkan rumah, bahkan jika mereka hendak berobat. Di provinsi Cauca dan Guaviare, geng bersenjata membakar sepeda motor milik penduduk yang mengabaikan peraturan lockdown.

"Mereka telah menutup transportasi antar desa, dan ketika seseorang dicurigai memiliki COVID-19, mereka disuruh meninggalkan daerah itu atau mereka akan dibunuh," kata salah seorang pemimpin masyarakat di provinsi Putumayo selatan Kolombia kepada Guardian.

"Dan orang-orang tidak punya pilihan selain menaati peraturan."

Pada tanggal 8 Juni, Edison León Pérez, seorang pemimpin komunitas dan aktivis, dibunuh di kota San Miguel Putumayo oleh La Mafia, geng perdagangan narkoba, beberapa hari setelah ia meminta pihak berwenang setempat untuk menangani perintah lockdown yang diterapkan geng tersebut.

Seperti sebagian besar Amerika Selatan, Kolombia bersiap menghadapi pandemi Corona COVID-19.

Sejak kasus pertama COVID-19 dikonfirmasi pada 6 Maret, otoritas medis telah mengkonfirmasi 159.898 kasus, dengan 5.625 kematian. Kasus naik terus hingga lebih dari 5.000 sehari.

 

Simak video pilihan berikut:

Seruan Kelompok Hak Asasi Manusia

Penembakan Senjata Api
Ilustrasi Foto Penembakan (iStockphoto)

Pemerintah telah memberlakukan penguncian, baik secara nasional maupun lokal, tetapi mereka tidak pernah seketat yang diputuskan oleh kelompok-kelompok bersenjata, dan konsekuensinya yaitu ditembak.

HRW meminta pemerintah Iván Duque untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi mereka yang berada di bawah belas ancaman berbagai kelompok bersenjata selama penguncian.

"Hukuman 'kejam' yang dipaksakan oleh kelompok-kelompok bersenjata untuk mencegah penyebaran Covid-19 berarti bahwa orang-orang di komunitas terpencil dan miskin di seluruh Kolombia berisiko diserang dan bahkan dibunuh jika mereka meninggalkan rumah mereka," José Miguel Vivanco, direktur HRW mengatakan dalam sebuah pernyataan.

"Pemerintah harus segera meningkatkan upayanya untuk melindungi masyarakat ini, memastikan mereka memiliki makanan dan air yang memadai, dan melindungi kesehatan mereka dari efek COVID-19."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya