Seberapa Panas Lava yang Mengalir dari Gunung Meletus?

Banyak orang bertanya-tanya dalam benak mereka. Seberapa panaskah lava yang baru keluar dari isi perut Bumi?

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 22 Jul 2020, 20:40 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2020, 20:40 WIB
Pemandangan saat Lava Panas Menuruni Puncak Gunung Mayon Filipina
Pemandangan ketika lava panas keluar dari puncak Gunung Mayon yang berada di Kota Legazpi, Provinsi Albay, Filipina, Selasa (23/1). Gunung berapi paling aktif di Filipina ini mengeluarkan lava, abu, dan asap. (AP Photo/Bullit Marquez)

Liputan6.com, Jakarta - Seperti keju yang meletup-letup di atas pizza panas, lava yang baru saja keluar dari isi perut Bumi juga memiliki penggambaran yang sama.

Seluruh makhluk hidup, manusia, hewan dan tumbuhan akan tewas serta mati apabila dilalui oleh luapan lava.

Banyak orang bertanya-tanya dalam benak mereka. Seberapa panaskah lava yang baru keluar dari isi perut Bumi?

Seberapa cepat ia dapat menghanguskan daging manusia dan hewan? dan seberapa cepat ia menghancurkan tanaman?

Anda mungkin sudah tahu bahwa lava sebenarnya adalah batuan yang meleleh atau menyembur keluar dari gunung berapi karena suhu ekstrem yang ditemukan bermil-mil jauh di Bumi, demikian dikutip dari laman Mentalfloss.com, Rabu (22/7/2020).

Saat batu meleleh, mereka mulai naik ke permukaan. Lava biasanya disebut sebagai magma sampai mencapai permukaan. Seperti yang dapat Anda bayangkan, panas yang diperlukan untuk melelehkan batu cukup mengejutkan. Lava yang lebih dingin memiliki temperatur sekitar 570 derajat Farenheit atau setara dengan 298 derajat Celcius.

Hampir sama dengan bagian dalam oven untuk memasak pizza Anda.

Di sisi ekstrem, gunung berapi dapat menghasilkan lava lebih dari 2.120 derajat Farenheit atau setara 1.160 derajat Celcius, menurut Survei Geologi Amerika Serikat.

Simak video pilihan berikut:

Beda Lokasi Beda Suhu

Gunung Agung Semburkan Lava Pijar
Api membakar hutan lereng Gunung Agung setelah terjadinya lontaran batu pijar dari kawah terlihat dari Karangasem, Bali, Selasa (3/7). Lontaran lava pijar pun teramati keluar kawah dengan jarak mencapai 2 ribu meter. (AP/Firdia Lisnawati)

Mengapa ada begitu banyak variasi?

Lingkungan yang berbeda menghasilkan komposisi kimia dan mineral yang berbeda yang dapat mempengaruhi suhu.

Lava yang ditemukan di Hawaii dari batuan basal, misalnya, cenderung berada di sisi yang lebih panas, sedangkan mineral seperti yang ditemukan di dekat Pacific Northwest's Mt. Saint Helens bisa jadi beberapa ratus derajat lebih dingin.

Setelah lava meletus dan suhunya mulai turun, ia akhirnya akan kembali menjadi batuan padat. Lava yang lebih panas mengalir lebih cepat dan kemudian melambat ketika mendingin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya