Liputan6.com, Jakarta Gunung Dukono di Halmahera Utara, Maluku Utara, kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya dengan menyemburkan abu setinggi 1.900 meter di atas puncak gunung pada Minggu, 2 Maret dan Senin pagi ini, 3 Maret 2025. Erupsi ini terjadi kurang dari satu minggu setelah letusan sebelumnya, menandakan bahwa gunung berapi ini masih dalam fase aktivitas tinggi.
Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Dukono melaporkan bahwa kolom abu yang keluar berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal, mengarah ke timur, dan terekam dalam seismogram dengan amplitudo 22 mm serta durasi 60,22 detik. Status Gunung Dukono masih berada di Level II (Waspada), yang berarti aktivitas vulkanik masih berlangsung dan masyarakat di sekitar area terdampak diimbau untuk tetap berhati-hati.
Advertisement
Baca Juga
Pihak berwenang telah mengeluarkan larangan beraktivitas dalam radius 4 km dari kawah Malupang Warirang untuk menghindari risiko yang lebih besar akibat material vulkanik yang keluar dari gunung tersebut. Lantas, bagaimana fakta letusan terbaru ini dan apa dampaknya bagi masyarakat sekitar? Berikut ulasannya, dirangkum Liputan6, Senin (3/3).
Advertisement
Kronologi Erupsi Gunung Dukono yang Terjadi Berulang Kali
Gunung Dukono, yang dikenal sebagai salah satu gunung api paling aktif di Indonesia, telah beberapa kali mengalami erupsi dalam beberapa pekan terakhir, dengan letusan terbaru yang terjadi pada 2 Maret dan 3 Maret 2025 menghasilkan abu vulkanik yang mencapai 1.900 juga 1.200 meter di atas puncak gunung.
Sebelumnya, pada 1 Maret 2025, Gunung Dukono juga meletus dan mengeluarkan abu setinggi 2.000 meter, sementara pada 10 Februari 2025, terjadi letusan yang lebih kecil dengan ketinggian kolom abu mencapai 1.000 meter. Dalam periode yang sama, gunung ini telah mengalami beberapa kali erupsi dengan intensitas berbeda, menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik masih berlangsung secara terus-menerus.
Dengan meningkatnya frekuensi letusan, para ahli vulkanologi terus memantau pergerakan magma dan perubahan tekanan di dalam kawah Gunung Dukono untuk mengantisipasi kemungkinan peningkatan status dari Waspada (Level II) ke Siaga (Level III) jika aktivitasnya semakin meningkat.
"Mengingat letusan dengan abu vulkanik secara periodik terjadi dan sebaran abu mengikuti arah dan kecepatan angin, sehingga area landaan abunya tidak tetap," ujar, petugas Pos PGA Dukono di Kabupaten Halmahera Utara, Bambang Sugiono, dikutip dari ANTARA.
Advertisement
Dampak Abu Vulkanik terhadap Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat
Semburan abu vulkanik yang terus-menerus dari Gunung Dukono telah berdampak pada lingkungan sekitar, terutama di daerah yang terkena langsung material erupsi yang terbawa angin ke arah timur. Abu ini berpotensi mencemari udara, menurunkan kualitas udara, serta menyebabkan gangguan pernapasan bagi penduduk yang tinggal di sekitar kawasan terdampak.
Masyarakat yang tinggal dalam radius dekat dari gunung diimbau untuk menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut guna mengurangi risiko gangguan pernapasan akibat paparan abu vulkanik, yang dapat menyebabkan iritasi mata, batuk, serta gangguan paru-paru bagi penderita penyakit pernapasan seperti asma atau bronkitis.
Selain dampak kesehatan, abu vulkanik juga dapat menyebabkan gangguan transportasi, baik jalur darat maupun udara, jika terjadi peningkatan volume abu yang signifikan di atmosfer. Oleh karena itu, masyarakat dan sektor penerbangan di wilayah Halmahera Utara harus terus memperhatikan perkembangan informasi terkait erupsi Gunung Dukono.
“Erupsi ini terekam pada seismogram dengan amplitudo 27 mm dan lama gempa 54.40 detik,” tambah Bambang, merujuk RRI.
Status Gunung Dukono Masih Waspada, Masyarakat Diminta Tetap Berhati-hati
Berdasarkan pemantauan dari Pos Pengamatan Gunung Api Dukono, aktivitas vulkanik yang terjadi saat ini masih dalam kategori Level II (Waspada), yang berarti bahwa letusan dapat terus terjadi secara periodik dan sebaran abu bisa berubah sesuai arah angin.
Dalam status Waspada ini, masyarakat dilarang mendekati kawah Malupang Warirang dalam radius 4 km, karena area tersebut merupakan zona bahaya yang berisiko terkena lontaran material vulkanik dan paparan gas beracun dari dalam kawah gunung.
Selain itu, warga di sekitar Gunung Dukono diimbau untuk tetap waspada terhadap kemungkinan peningkatan aktivitas, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah rendah yang dapat terdampak jika terjadi hujan abu yang lebih besar. Pihak berwenang juga menyarankan agar masyarakat menyiapkan masker dan kacamata pelindung, serta selalu memperbarui informasi terkait aktivitas gunung dari sumber resmi.
Advertisement
Bagaimana Gunung Dukono Bisa Meletus Berulang Kali?
Gunung Dukono merupakan gunung api bertipe stratovolcano, yang berarti memiliki karakter letusan yang sering terjadi secara eksplosif dan menghasilkan material vulkanik dalam jumlah besar, seperti abu, gas, dan lontaran batu pijar.
Letusan yang terjadi secara periodik disebabkan oleh pergerakan magma di dalam kawah, yang terus mengalami tekanan akibat akumulasi gas vulkanik di dalam perut gunung. Saat tekanan ini meningkat dan tidak dapat lagi tertahan oleh dinding kawah, maka akan terjadi letusan yang melepaskan material vulkanik ke permukaan.
Selain itu, faktor eksternal seperti perubahan cuaca dan curah hujan juga dapat mempengaruhi intensitas erupsi, karena air hujan yang meresap ke dalam kawah dapat mempercepat proses pelepasan gas dan material panas dari dalam gunung, yang kemudian menyebabkan erupsi mendadak.
Langkah Mitigasi untuk Warga Sekitar Gunung Dukono
Dengan aktivitas vulkanik yang masih berlangsung, pihak berwenang telah mengeluarkan beberapa rekomendasi dan langkah mitigasi yang harus dilakukan oleh masyarakat di sekitar Gunung Dukono, di antaranya:
- Menghindari aktivitas dalam radius 4 km dari kawah Malupang Warirang, untuk mengurangi risiko terkena material vulkanik.
- Menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut, terutama bagi penduduk di daerah terdampak abu vulkanik, guna mengurangi risiko gangguan pernapasan.
- Memantau perkembangan informasi dari sumber resmi, seperti Pos Pengamatan Gunung Api dan BMKG, agar mendapatkan informasi terbaru mengenai status aktivitas gunung.
- Mempersiapkan langkah evakuasi jika status gunung meningkat, termasuk memastikan jalur evakuasi aman dan mudah diakses dalam kondisi darurat.
- Menghindari penggunaan air dari sumber terbuka yang bisa terkontaminasi abu vulkanik, karena dapat berdampak buruk bagi kesehatan jika dikonsumsi tanpa penyaringan yang tepat.
Advertisement
People Also Ask (PAA) – Pertanyaan yang Sering Diajukan
Seberapa sering Gunung Dukono meletus?
Gunung Dukono adalah gunung api aktif yang sering mengalami letusan periodik, dengan beberapa kali erupsi dalam sebulan.
Apakah status Gunung Dukono akan meningkat ke Siaga?
Saat ini statusnya masih Level II (Waspada), tetapi bisa meningkat ke Siaga (Level III) jika aktivitas vulkaniknya terus meningkat.
Apa dampak abu vulkanik dari Gunung Dukono?
Abu vulkanik dapat menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi mata, serta pencemaran udara dan air bagi masyarakat sekitar.
Apakah erupsi Gunung Dukono berbahaya bagi penerbangan?
Ya, jika volume abu mencapai atmosfer dalam jumlah besar, dapat mengganggu jalur penerbangan di sekitar wilayah Maluku Utara.
Bagaimana cara menghindari dampak abu vulkanik?
Gunakan masker, kacamata pelindung, dan hindari aktivitas di luar ruangan saat terjadi hujan abu untuk mengurangi risiko kesehatan.
