China Luncurkan Misi Tianwen-1 Menuju Mars untuk Cari Air dan Es

China meluncurkan roket riset tanpa awak bernama Tianwen-1 menuju Mars sebagai misi independen pertamanya.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jul 2020, 18:05 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2020, 18:05 WIB
FOTO: China Luncurkan Roket Luar Angkasa Long March 5B
Roket Long March 5B lepas landas dari Pusat Peluncuran Ruang Angkasa Wenchang di Provinsi Hainan, China, Selasa (5/5/2020). Roket ini membawa pesawat luar angkasa generasi terbaru milik China. (STR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta China meluncurkan roket riset tanpa awak bernama Tianwen-1 menuju Mars sebagai misi independen pertamanya untuk mengobservasi planet lain di tata surya, Kamis (23/7/2020). Peluncuran ini menyusul misi pertama bersejarah Uni Emirat Arab (UEA) ke Mars yang telah sukses lepas landas di Jepang pada Senin 20 Juli. 

Dengan menggunakan kendaraan peluncur terbesar yang dimiliki China, yakni Long March 5 Y-4, misi tersebut diluncurkan pada pukul 12.41 waktu setempat dari Pusat Peluncuran Antariksa Wenchang yang terletak di pulau Hainan, China bagian selatan.

Tianwen-1, yang dinamai seperti sebuah puisi berusia 200 tahun, dijadwalkan tiba di Mars pada Februari dan akan menurunkan wahana penjelajah untuk mengeksplorasi planet itu selama 90 hari.

Jika misi tersebut berhasil, China akan menjadi negara pertama yang mengorbit, menjejak, serta meluncurkan wahana penjelajah sekaligus dalam misi peluncuran antariksa.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

Mencari Tanda Keberadaan Air dan Es

FOTO: China Luncurkan Satelit Navigasi BeiDou Terakhir
Roket pengangkut membawa satelit terakhir dari Sistem Satelit Navigasi BeiDou (BeiDou Navigation Satellite System/BDS) lepas landas dari Pusat Peluncuran Satelit Xichang, Sichuan, China, Selasa (23/6/2020). Ini menandai tuntasnya pemosisian sistem navigasi global satelit BDS. (Xinhua/Jiang Hongjing)

Juru bicara peluncuran misi, Liu Tongjie, menyebut adanya sejumlah tantangan ketika roket riset mendekati Mars sehingga akan menjadi titik penting bagi tim untuk menurunkan kecepatannya.

"Jika proses deselerasi tidak betul, atau jika ketepatan penerbangan tidak cukup, maka roket riset tidak akan tertangkap oleh Mars," kata Liu, seperti dilansir Antara.

"Proses masuk, deselerasi, dan mendarat (EDL) adalah suatu hal yang amat sulit. Kami percaya proses EDL China masih dapat berjalan dengan sukses dan wahana antariksa tersebut bisa mendarat dengan aman," ujar dia menambahkan.

Misi kali ini direncanakan untuk membawa sejumlah instrumen ilmiah yang akan digunakan meneliti kondisi atmosfer dan permukaan Mars, serta mencari tanda keberadaan air dan es.

 

Sempat Gagal pada 2011

FOTO: China Luncurkan Satelit Navigasi BeiDou Terakhir
Roket pengangkut membawa satelit terakhir dari Sistem Satelit Navigasi BeiDou (BeiDou Navigation Satellite System/BDS) lepas landas dari Pusat Peluncuran Satelit Xichang, Sichuan, China, Selasa (23/6/2020). Ini menandai tuntasnya pemosisian sistem navigasi global satelit BDS. (Xinhua/Jiang Hongjing)

Sebelumnya, China sempat menjalankan misi menuju Mars pada 2011 bersama Rusia, namun pesawat Rusia yang membawa roket riset gagal keluar dari orbit bumi dan terpecah di Samudera Pasifik.

Saat ini, sebanyak delapan wahana antariksa milik Amerika, negara-negara Eropa, juga India tengah mengorbit Mars, atau berada di permukaannya, atau pula masih dalam misi yang dijadwalkan.

Uni Emirat Arab juga meluncurkan sebuah misi menuju Mars pada Senin 20 Juli yang disebut untuk mempelajari atmosfer di planet itu.

Sementara Amerika Serikat menjadwalkan peluncuran misi ke Mars pada bulan depan oleh NASA dengan rencana pelepasan wahana penjelajah bernama Perseverance, yang disebut sebagai kendaraan luar angkasa terbesar, terberat, dan paling mutakhir.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya