Penutupan Konsulat China Upaya Donald Trump Jaga Popularitas Jelang Pilpres AS?

Penutupan konsulat China di Houston terkait pilpres AS 2020?

oleh Tommy K. Rony diperbarui 25 Jul 2020, 07:01 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2020, 07:01 WIB
Presiden AS Donald Trump dalam briefing melawan Virus Corona (COVID-19) di Gedung Putih.
Presiden AS Donald Trump dalam briefing melawan Virus Corona (COVID-19) di Gedung Putih. Dok: Gedung Putih

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat telah memerintahkan agar konsulat China di Houston, Texas, agar ditutup. AS menuding China telah melakukan kegiatan spionase. 

China tidak terima atas tindakan itu dan membalas dengan menyuruh konsulat AS di kota Chengdu agar dikosongkan. 

Meski AS menggunakan alasan keamanan, pengamat kurang yakin atas narasi itu. Tuduhan mata-mata dianggap sebagai lagu lama, dan motif politik ditaksir sebagai alasan penutupan konsulat China di Texas.

Pengamat politik AS Didin Nasirudin melihat bahwa Texas adalah daerah krusial yang saat ini menjadi swing state. Ini berbahaya bagi Presiden Trump pada pilpres AS November mendatang, apalagi Trump sedang menghadapi masalah pandemi Virus Corona COVID-19. 

"Itu upaya Donald Trump untuk mengalihkan perhatian orang dari kesalahan dia. Seperti yang kita tahu Amerika adalah negara dengan jumlah kematian akibat COVID-19 yang terbesar di dunia," ujar Didin kepada Liputan6.com, Jumat (24/7/2020).

"Apalagi kalau dilihat polling-polling, sekarang (Trump) sudah jauh," lanjutnya.

Didin menunjukan bahwa popularitas Donald Trump sedang jatuh baik di tingkat nasional maupun swing states. Peroleh suara Trump bahkan lebih rendah ketimbang pilpres 2016 ketika melawan Hillary Clinton. 

Berikut data Joe Biden yang unggul dari RealClearPolitics per 24 Juli 2020: 

Michigan: Biden +8 persen

Florida: Biden +7 persen

Pennsylvania: Biden +7,3 persen

Wisconsin: Biden +6 persen

North Carolina: Biden + 2 persen

Di tingkat nasional Joe Biden unggul 8,7 persen. Angka itu jauh lebih tinggi ketimbang Hillary Clinton yang hanya unggul 1,2 persen pada 24 Juli 2016. 

Oleh karena Presiden Trump diprediksi kalah di Florida, Didin menilai langkah penutupan konsulat China di Houston adalah upaya Trump melindungi popularitas di Texas. 

Saat ini, Trump hanya unggul +0.2 persen di Texas menurut RealClearPolitics, bahkan survei lain dari Quinnipiac University menunjukan Biden sudah unggul. Padahal, Texas sejatinya adalah basis Partai Republik yang pro-Trump.

"Dengan menutup Konsulat China di Houston, Trump mungkin ingin menunjukkan kepada pemilih di Texas bahwa dia telah berjasa menghentikan kegiatan spionase China di negara bagian tersebut," jelas Didin.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

China Perintahkah AS Tutup Konsulat di Chengdu

20170406-Donald Trump Bertemu dengan Xi Jinping di Florida-AP
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sebelum melakukan pertemuan di resor Mar a Lago, Florida, Kamis (6/4). Isu perdagangan dan Korea Utara diperkirakan menjadi isu utama pembahasan kedua pemimpin negara tersebut. (AP Photo/Alex Brandon)

China memerintahkan agar Amerika Serikat menutup konsulat jenderalnya yang berada di kota Chengdu, provinsi Sichuan. Gedung harus dikosongkan dalam 72 jam.

Perintah ini diberikan pada Jumat ini pukul 10 pagi waktu setempat. Pada Senin besok, pukul 10 pagi, konsulat sudah harus kosong. 

Berdasarkan laporan CGTN, Kementerian Luar Negeri China menilai perintah penutupan ini adalah respons yang diperlukan untuk membalas AS yang menutup konjen China di Houston, Texas.

Tindakan AS juga dinilai sebagai pelanggaran hukum internasional, norma-norma dasar hubungan internasional, serta perjanjian konsulat antara AS dan China. Kemlu China berkata hal ini melukai relasi kedua negara.

Pihak Kementerian Luar Negeri AS berkata konsuler China di Houston harus tutup demi melindungi informasi pribadi dan hak kekayaan intelektual AS. China juga dituduh sudah bertahun-tahun melakukan tindak mata-mata secara ilegal. 

Relasi antara AS dan China terus memburuk di era Presiden Donald Trump yang kerap menuduh China tidak adil dalam perdagangan, alhasil perang dagang pun terjadi. Selain itu, isu Huawei, TikTok, Uighur, Hong Kong, hingga COVID-19 juga membuat hubungan kedua negara makin keruh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya