Investor Ketar-ketir Ketegangan AS-China Bikin Bursa Asia Pasifik Jatuh

Di Bursa AS, aksi jual saham teknologi dan klaim pengangguran yang ternyata lebih buruk dari perkiraan juga memukul pasar saham.

oleh Nurmayanti diperbarui 24 Jul 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2020, 08:30 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta Pasar saham Asia Pasifik jatuh dipicu sentimen investor seiring memburuknya ketegangan AS-Cina dan aksi jual di Bursa AS semalam.

Melansir laman CNBC, Jumat (24/7/2020), indeks S&P/ASX 200 Australia jatuh 0,92 persen. Penurunan terlihat pada tertekannya sektor keuangan dan stok minyak.

Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,52 persen. Sedangkan pasar di Jepang ditutup karena liburan pada hari ini. Investor terus memantau ketegangan AS-Tiongkok, yang terus menjadi perhatian utama.

Setelah pemerintah AS memerintahkan penutupan konsulat Tiongkok di Houston, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengecam China dalam pidatonya pada hari Kamis. Dengan mengatakan Washington tidak akan lagi mentolerir upaya Beijing untuk merebut tatanan global.

Sementara di Bursa AS, aksi jual saham teknologi dan klaim pengangguran yang ternyata lebih buruk dari perkiraan juga memukul pasar saham.

Saham Apple tercatat jatuh 4,5 persen dan Microsoft jatuh 4,3 persen. Ini mendorong pasar menuju posisi lebih rendah.

Tercatat  indeks Dow Jones Industrial Average turun 353,51 poin, atau 1,3 persen, menjadi 26.652,33. Indeks S&P 500 turun 1,2 persen, atau 40,36 poin, menjadi 3.235,66. Ini menghentikan kenaikan beruntun empat hari. Nasdaq Composite turun 2,2 persen, atau 244,71 poin, menjadi 10.461,42.

Saham Apple merosot setelah muncul laporan bahwa sejumlah negara bagian menyelidiki potensi pelanggaran teknologi perlindungan konsumen oleh raksasa teknologi itu.

Apple menghadapi pengawasan antitrust di AS dan luar negeri. CEO akan menghadapi Kongres pada hari Senin bersama rekan-rekan Big Tech lainnya.

Klaim pengangguran mingguan AS datang pada 1,416 juta untuk minggu lalu, menandai minggu ke 18 berturut-turut di mana klaim awal berjumlah lebih dari 1 juta. Itu lebih buruk dari 1,3 juta yang diperkirakan oleh para ekonom dalam jajak pendapat Dow Jones.

Saksikan video di bawah ini:

Bursa Asia Kemarin

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Pasar Australia jatuh pada awal perdagangan awal Rabu (Kamis waktu Jakarta) setelah  saham Eropa jatuh tetapi Dow Jones Industrial Average naik lebih dari 150 poin.

Dikutip dari CNBC, Kamis (23/7/2020), Indeks saham patokan Australia ASX 200 bergerak mendatar. Sedangkan di Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,42 persen. Sementara bursa saham di Jepang tutup karena libur nasional.

"Harapan lebih banyak stimulus fiskal di AS dan optimisme tentang vaksin membebani kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan AS-China semalam," tulis John Bromhead dari ANZ Research dalam catatan pagi.

CNBC melaporkan bahwa Partai Republik sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang tunjangan pengangguran saat ini sebesar USD 400 per bulan hingga Desember.

AS sedang menghadapi gelombang pengangguran yang tak terlihat dalam beberapa dekade saat negara-negara menutup ekonomi mereka untuk memerangi pandemi virus corona yang telah menginfeksi lebih dari 15 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan lebih dari 620.000.

Ketegangan antara Washington dan Beijing meningkat setelah Departemen Luar Negeri AS tiba-tiba memerintahkan Cina untuk menutup konsulatnya di Houston.

Hal ini mendapat kecaman dari kementerian luar negeri China. Negeri Tirai Bambu ini pun memperingatkan akan tindakan balasan yang tegas jika AS tidak membalikkan keputusannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya