Positif COVID-19, Eks PM Italia Silvio Berlusconi Dirawat di RS

Mantan Perdana Menteri Italia, Silvio Berlusconi dirawat di rumah sakit di Milan setelah dinyatakan positif COVID-19.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Sep 2020, 17:17 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2020, 17:15 WIB
Silvio Berlusconi
Silvio Berlusconi (AFP/Olivier Morin)

Liputan6.com, Roma- Mantan Perdana Menteri Italia, Silvio Berlusconi dilaporkan dirawat di rumah sakit di Milan untuk pemeriksaan lebih lanjut setelah dinyatakan positif mengalami Virus Corona COVID-19.

Dilansir US News, Jumat (4/9/2020), kabar mengenai dirawatnya Berlusconi disampaikan oleh partainya, Forza Italia pada hari ini.

Menurut partai tersebut, kondisi medisnya tidak mengkhawatirkan.

Konglomerat Media Italia yang berusia 83 tahun tersebut telah menjalani isolasi mandiri di kediamannya di Kota Arcore, wilayah utara Milan.

Dokter pribadinya, menerangkan bahwa Berlusconi memutuskan untuk melakukan tes COVID-19 setelah berlibur di Sardinia.

Kini, Berlusconi tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit San Raffaele "sebagai tindakan pencegahan", menurut keterangan dari Forza Italia.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

Nyatakan Tak Lagi Demam

Silvio Berlusconi
Silvio Berlusconi kecewa pada pemilik baru AC Milan. (AFP / VINCENZO PINTO)

Sementara itu, Berlusconi bahkan telah berbicara melalui tautan video ke pertemuan pendukung Forza Italia pada 3 September dan mengatakan bahwa dirinya tidak lagi demam.

"Saya tidak lagi demam, atau sakit, saya ingin meyakinkan semua orang bahwa saya cukup sehat," ungkap Berlusconi.

Pada bulan Agustus, Pulau Mediterania mengalami peningkatan tajam pada kasus infeksi Virus Corona COVID-19 ketika turis mulai mengunjungi pantainya.

Bulan lalu, rekan Berlusconi, Flavio Briatore yang merupakan pemilik klub malam Billionaire di Sardinia, juga telah dinyatakan positif.

Berlusconi mengatakan via Twitter pada 3 September, "Saya tidak pernah mengabaikan relevansi COVID-19 maupun risiko yang terkait dengannya".

Italia, merupakan salah satu negara di Eropa yang dilanda olehwabah COVID-19 terburuk dengan lebih dari 270.000 kasus yang dikonfirmasi dan 35.500 kematian.

Pada bulan Maret dan April, puncak kematian dan infeksi COVID-19 sudah dapat dikekang.

Namun pada bulan Agustus, jumlah kasus baru kembali meningkat dengan para ahli yang menyebutkan hal itu terjadi karena pertemuan yang terkait dengan liburan dan hiburan malam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya