Amerika Serikat Jatuhkan Sanksi Baru untuk 18 Bank Iran

Amerika Serikat memberlakukan sanksi baru terhadap 18 bank Iran.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Okt 2020, 13:50 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2020, 13:50 WIB
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AFP Photo)

Liputan6.com, Washington DC - Iran kembali mendapat sanksi baru dari Amerika Serikat. Pihak Washington meningkatkan tekanan terhadap Teheran dengan mengucilkan Iran dari sistem perbankan dunia, dan menghalangi upaya negara itu untuk membangun senjata nuklir.

Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (9/10/2020), langkah-langkah sanksi yang diumumkan Departemen Keuangan AS dalam siaran persnya itu menyatakan, akan melarang 18 bank Iran yang sejauh ini menghindari sanksi-sanksi AS sebelumnya.

Menurut pernyataan pers, sanksi baru itu akan membantu "menolak sumber daya keuangan pemerintah Iran yang bisa digunakan untuk mendanai dan mendukung program nuklirnya, pengembangan rudal, terorisme dan jaringan yang membantu teroris, serta membahayakan pengaruh wilayah."

"Tindakan hari ini untuk mengidentifikasi sektor keuangan dan memberikan sanksi terhadap 18 bank besar Iran itu mencerminkan tekad kami untuk menghentikan akses ilegal Iran terhadap dolar AS," kata Menteri Keuangan Steven Mnuchin dalam sebuah pernyataan.

"Program sanksi kami akan berlanjut sampai Iran berhenti mendukung kegiatan teroris dan mengakhiri program nuklirnya."

Mnuchin menambahkan AS "akan terus memberi bantuan kemanusiaan untuk mendukung rakyat Iran." 

Saksikan Juga Video di Bawah Ini:

Iran Berjanji Akan Tunjukan Tindakan Tegas

Ayatollah Ali Khamenei berpidato di hadapan negara dalam pidato yang disiarkan televisi di Teheran pada hari Minggu [Kantor Pemimpin Tertinggi Iran via AP]
Ayatollah Ali Khamenei berpidato di hadapan negara dalam pidato yang disiarkan televisi di Teheran pada hari Minggu [Kantor Pemimpin Tertinggi Iran via AP]

Sebelumnya, Iran berjanji untuk memberikan "tanggapan yang tegas" terhadap Amerika Serikat karena bertindak seperti penindas terhadap musuh dan sekutunya setelah Washington mengatakan akan memberlakukan kembali sanksi PBB -- tanpa persetujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa tersebut.

Presiden Iran Hassan Rouhani berpidato kepada warganya dalam pertemuan kabinet yang disiarkan langsung di televisi pada hari Minggu, demikian dikutip dari laman Al Jazeera, Senin 21 September 2020.

Ia juga mengucapkan selamat kepada kekuatan dunia karena menolak tekanan AS untuk mengembalikan sanksi PBB, mengatakan upaya itu "telah mencapai titik kegagalan definitif".

Hari ini, katanya, "akan menjadi hari yang tak terlupakan dalam sejarah diplomasi negara kita".

Menunjukkan bagaimana Amerika Serikat mencoba mengumpulkan dukungan dari penandatangan kesepakatan nuklir lainnya setelah penarikan sepihak dari kesepakatan nuklir tersebut. Rouhani mengatakan AS mengharapkan Iran untuk bertindak tidak rasional, memberinya alasan untuk membentuk koalisi internasional melawan Teheran.

"Hari ini kami dapat mengatakan 'tekanan maksimum' AS terhadap bangsa Iran, secara politik dan hukum, telah berubah menjadi 'isolasi maksimum' bagi AS."

Presiden Rouhani juga berbicara kepada lima penandatangan yang tersisa dari kesepakatan nuklir Iran, mengulangi janji bahwa mereka sepenuhnya mematuhi komitmen di bawah kesepakatan tersebut, Teheran juga akan sepenuhnya melaksanakan komitmennya.

Tepat satu tahun setelah AS membatalkan kesepakatan nuklirnya, Iran mulai secara bertahap menurunkan komitmennya, termasuk yang berkaitan dengan cadangan uranium. Iran terus memberikan akses ke Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

AS memutuskan hubungan dengan semua anggota tetap PBB lainnya atas langkah sanksi, yang menurut komunitas internasional, termasuk sekutu dekat Washington, Inggris, Prancis dan Jerman, tidak memiliki dasar hukum.

Selengkapnya di sini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya